Pemerintah Berhasil Turunkan Angka Gagal Ginjal Akut, Inilah Resepnya

Pemerintah Berhasil Turunkan Angka Gagal Ginjal Akut, Inilah Resepnya

Gagal ginjal akut adalah gangguan pada ginjal yang disebabkan senyawa etilen glikol dan dietilen glikol.-Ilustrasi/Dzulham Fadoli-radarcirebon.com

Radarcirebon.com, JAKARTA – Kabar menggembirakan datang dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Melalui juru bicaranya, dr Muhammad Syahril menyampaikan kabar terkini perihal perkembangan gagal ginjal akut.

Juru bicara Kemenkes, dr Muhammad Syahril mengungkapkan bahwa dalam seminggu terakhir, jumlah kasus baru gagal ginjal akut pada anak menurun signifikan.

“Penambahan kasus baru dan jumlah kematian setelah tanggal 18 Oktober 2022 menurun jauh dibandingkan dengan sebelum tanggal 18 Oktober 2022,” katanya dalam konferensi pers, Jumat 4 November 2022.

BACA JUGA:Peran Orangtua Sangat Penting dalam Pengawasan Pergaulan Anak

Dia menjelaskan, bahwa penurunan kasus tidak hanya terjadi pada kasus harian, tapi juga terjadi pada kasus yang dirawat dan kasus kematian. Bahkan ada daerah yang seluruh kasusnya telah sembuh.

Ia menyebutkan, penurunan kasus tersebut dipengaruhi beberapa hal. Salah satunya kebijakan pemerintah yang melarang memberikan obat sirup yang diduga mengandung unsur kimia EG dan DEG kepada anak.

Sebagai gantinya, masyarakat bisa memberikan obat dalam bentuk sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya.

BACA JUGA:Jadwal MotoGP Valencia, Seri Pamungkas untuk Tentukan Juara Dunia

Instruksi ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak, yang di terbitkan pada 18 Oktober lalu.

Instruksi tersebut kemudian dilanjutkan dengan dikeluarkannya Surat Plt. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan No. HK.02.02/III/3515/2022 tanggal 24 Oktober 2022, tentang Petunjuk Penggunaan Obat Sediaan Cair/ Sirup pada Anak dalam rangka Pencegahan Peningkatan Kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA)/(Atypical Progressive Acute Kidney Injury).

“Pada akhir Agustus kan naik, setelah kita lakukan pengumuman dengan melarang penggunaan obat sirup atau cair, maka penambahan kasus baru maupun angka kematian menurun dengan drastis".

BACA JUGA:BRI Luncurkan Web Series “Modus Operandi”, Suguhkan Cerita Edukasi Cegah Social Engineering

"Kalau kemarin kenaikan kasus bisa mencapai 75 sampai 100 pasien, tapi setelah tanggal 18 (Oktober) itu, hanya 4-5 kasus, dan akhirnya sampai saat ini dibawah 5 kasus,” terang Jubir Syahril.

Penurunan tren kasus dan kematian, lanjut Jubir Syahril turut dipengaruhi oleh pemberian obat penawar gagal ginjal akut yakni Fomepizole yang diberikan secara gratis sebagai bagian dari terapi/pengobatan pada pasien.

Obat tersebut telah diujicobakan pada pasien gagal ginjal akut yang dirawat di RSCM Jakarta. Hasilnya, sebagian besar pasien mengalami perbaikan yang signifikan.

BACA JUGA:Cara Membuat Obat Batuk Dari Jahe Merah, Praktis Dan Mudah Dilakukan Di Rumah

Melihat perkembangan yang baik ini, Kemenkes terus berupaya mendatangkan obat injeksi Fomepizole dari berbagai negara sebagai langkah mitigasi penyakit gagal ginjal akut.

Hingga saat ini, ada sekitar 246 vial obat Fomepizole dari Jepang, Singapura dan Australia tiba di Indonesia, yang mana sebagian besar merupakan hibah.

Ia merinci dari total 246 vial Fomepizole, 146 vial telah didistribusikan ke 17 RS rujukan di Indonesia. Sementara sisanya, sekitar 100 vial Fomepizole akan dijadikan buffer stok pusat.

BACA JUGA:Makanan Khas Cirebon Terpopuler Sepanjang Masa, Kamu Wajib Coba!

“Kami sampaikan bahwa sekitar 87 persen Fomepizole injeksi adalah hibah gratis dan tidak ada komersialiasi, ini semata-mata untuk menyelamatkan anak-anak Indonesia dari gagal ginjal akut,” terang Jubir Syahril.

Sebagai informasi, berdasarkan data Kementerian Kesehatan per tanggal 3 November 2022 pukul 16.00 WIB, jumlah kasus gagal ginjal akut di Indonesia tercatat sebanyak 323 orang terdiri dari 99 kasus sembuh, 34 kasus dirawat dan 190 kematian.

Adapun 5 provinsi dengan jumlah kasus terbanyak diantaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. (jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase