6 Bahaya TikTok untuk Generasi Muda Dibongkar Dokter Cantik, Simak Ya..

6 Bahaya TikTok untuk Generasi Muda Dibongkar Dokter Cantik, Simak Ya..

Pemerintah China bantah tudingan negara barat jika aplikasi TikTok dijadikan alat untuk memata-matai mereka. Foto:-pexels.com -

Contoh konten yang dia maksud antara lain, micin sebagai perawatan kulit, pakai odol untuk jerawat, dan lainnya.

"Hal tersebut tidak masuk akal, tetapi karena user-nya polos, tidak kritis, jadinya diikuti saja tanpa berpikir panjang," tutur Dokter lulusan Universitas Pelita Harapan ini.

Bahaya TikTok untuk generasi muda yang kedua menurut dia adalah memperpendek attention span.

Dia kemudian mengutip penelitian yang dilakukan oleh Dr Julie Albright yang mengungkapkan bahwa tampilan TikTok sengaja didesain untuk melakukan swipe dalam jangka panjang membuat users terbiasa melihat video pendek.

Penelitian per 2021, rata-rata attention span users TikTok adalah 21-34 detik, sedangkan 3 detik pertama video adalah penentu akan ditonton atau tidak.

BACA JUGA:Cadas! Sindiran Park Hang Seo untuk Shin Tae Yong: Hanya Pandai Bicara

BACA JUGA:Taspen Cirebon Berikan Penambahan Manfaat Bagi ASN Kabupaten Cirebon

Dokter yang mengantungi diploma American Association of Aesthetic Medicine (AAAM) itu mengatakan hal itu memperburuk poin 1 karena menonton video tidak selesai, informasi yang disampaikan jadi salah lalu disebarkan. 

"Dari penelitian juga dikatakan interface TikTok memicu dopamine receptor pada otak yang membuat users-nya kecanduan,” tukasnya.

Kondisi tersebut buruk untuk masa depan pemikiran kritis yang dibutuhkan untuk kemajuan manusia sebagai spesies.

Mudahnya membuat akun Tiktok, kata Abelina, mengaibatkan efek negative ketiga berupa Cyberbullying.

Akun-akun palsu dibuat untuk melakukan penghinaan atau trolling, dan ujungnya perundungan terhadap pihak lain.

"Saya mengalami sendiri cyberbullying terparah seumur hidup saya yang diakibatkan informasi sesat, marketing stunt gagal dan tidak bertanggung jawab," ujarnya.

Dampak negatif keempat, lanjut dr Abelina, TikTok mengubah pola pikir generasi muda dan tua. Ini membuat users merasa bawa sukses adalah hal yang gampang.

"Mereka merusak makna asli dari ‘work smarter, not better’. Banyak sekali generasi muda yang berhenti sekolah karena berpikir bisa mencari uang dari TikTok dan seramnya lagi mereka adalah anak-anak which leads to my next point,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jpnn.com