PARAH! Resesi Seks Tak Terkendali, Jepang Kucurkan Duit Sebesar Rp 372,7 Triliun Hanya untuk Ini

PARAH! Resesi Seks Tak Terkendali, Jepang Kucurkan Duit Sebesar Rp 372,7 Triliun Hanya untuk Ini

Suasana malam hari di salah satu sudut kota Osaka, Jepang.-Masashi Wakui -Pixabay

TOKYO, RADARCIREBON.COM – Berbeda dengan persoalan negara berkembang yang selalu khawatir akan kenaikan jumlah penduduk.

Pemerintah Jepang malah pusing atas persoalan resesi seks yang dianggap semakin parah pada tingkat masyarakat, khususnya para milenial dan Gen Z.

BACA JUGA:Panji Gumilang Pernah Dinasehati oleh AM Hendropriyono Terkait Konflik Palestina-Israel

Melansir dari Channel News Asia (CNA) via fin.co.id, Sabtu 3 Juni 2023, pemerintah Jepang telah menggelontorkan dana sebesar USD 25 miliar atau setara dengan Rp 372,7 triliun (kurs Rp 14.908) untuk mengatasi masalah tersebut.

BACA JUGA:SBMI Sorot Lemahnya Penegakan Hukum TPPO Buruh Migran Indonesia, Nih Contohnya

"Dana tersebut bakal dikucurkan ke masyarakat dalam bentuk subsidi langsung. Dengan rincian bantuan keuangan untuk pendidikan dan perawatan prenatal, hingga promosi kerja yang fleksibel dan cuti ayah," kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

Selain itu, Kishida juga mengaku tengah menyiapkan sejumlah kebijakan baru, guna mengatasi krisis angka kelahiran.

BACA JUGA:Peringati Bulan Bung Karno, Forki Kota Cirebon Gelar Kejuaraan Karate 2023

Yakni dengan meningkatkan pendapatan kaum muda dan generasi yang mengasuh anak.

"Kami akan bergerak maju dengan langkah-langkah ini untuk melawan penurunan angka kelahiran tanpa meminta masyarakat menanggung beban lebih lanjut," kata Kishida.

BACA JUGA:Pertamina Patra Niaga Regional JBB Salurkan Perdana Produk B35

Mengenai resesi seks sejatinya tidak hanya terjadi di Jepang saja, hampir seluruh negara maju juga mengalami hal serupa. Namun, masalah resesi seks terparah memang terjadi di Jepang.

Jepang memiliki populasi tertua kedua di dunia setelah Monako. Aturan imigrasi yang relatif ketat berarti menghadapi kekurangan tenaga kerja yang terus meningkat.

Negara berpenduduk 125 juta jiwa ini mencatat kurang dari 800 ribu kelahiran tahun lalu, terendah sejak pencatatan dimulai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase