Sejarah Mahad Al Zaytun, Siapa Pemilik Sesungguhnya? Tertulis Tidak Lazim, Coba Lihat

Sejarah Mahad Al Zaytun, Siapa Pemilik Sesungguhnya? Tertulis Tidak Lazim, Coba Lihat

Mahad Al Zaytun di Indramayu-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Mahad Al Zaytun kini dijuluki sebagai salah satu pondok pesantren terbesar di Asia. Yang memiliki ikon menara tertinggi nomor 3 di dunia.

Karena itu, banyak yang penasaran dengan sejarah dari Mahad Al Zaytun sesungguhnya, hingga bisa menjadi sangat besar seperti sekarang ini.

Perkembangannya selama 24 tahun terakhir tentu mengagetkan banyak pihak, apalagi bila menilik sejarah Mahad Al Zaytun yang diawali dari tahun 1993.

Lalu, siapa sebenarnya pemilik dari Mahad Al Zaytun? Laman resmi lembaga pendidikan tersebut juga menuliskannya dengan tidak lazim yakni: Al‐Zaytun adalah milik umat Islam bangsa Indonesia dan umat bangsa lain di dunia, timbul dari umat, oleh umat, dan diperuntukkan bagi umat.

BACA JUGA:Engga Ada Lelahnya, Pratama Arhan Datang Langsung Digeber, Dimas Drajad Bocorkan Pesan Shin Tae Yong

Hal tersebut berbeda dengan lembaga lainnya yang secara terang menyebutkan pemiliknya. Namun, Al Zaytun memilih merendah dan lebih low profile, sehingga penyebutannya sangat umum.

Lalu, bagaimana dengan sejarah dari Mahad Al Zaytun itu sendiri? Dilansir dari laman resmi, disebutkan bahwa pendiriannya diawaoli dari Yayasan Pesantren Indonesia yang dibentuk pada 1, Juni 1993.

Sementara pembangunan dari Mahad Al Zaytun dimulai pada 13, Agustus 1996. Kemudian 3 tahun berselang, dilakukan pembukaan pembelajaran perdana yakni 1, Juli 1999.

Namun, peresmiannya dilakukan baru pada 27, Agustus 1999 oleh Presiden RI Ketiga yakni, Prof Dr Ing BJ Habibie.

BACA JUGA:Erick Thohir Terbang ke Jerman, Akan Ada Gebrakan Baru Lagi di PSSI dan Liga Indonesia

Sementara itu, dikisahkan Dahlan Iskan dari pertemuannya dengan Syekh Panji Gumilang bahwa semula pondok pesantren tersebut tidak direncanakan dibangun di Indramayu.

Mulanya, Syekh Panji Gumilang mencari tanah mulai dari Sukabumi, Lampung, Banyuwangi hingga Subang. Dari Subang inilah, Syekh Panji Gumilang menemukan tanah yang cocok, namun harganya kelewat mahal.

Akhirnya dari situ, Syekh Panji Gumilang terus melakukan perjalanan ke timur dan tiba di Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu.

Di situ, Panji menemukan tanah luas sekitar 60 hektare yang harganya masih murah. Sehingga bisa langsung dibeli dan didirikan rumah gubuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: