Surat Kepada Presiden dari Zaytun Simanullang: Kehadiran Negara di Al Zaytun Tanpa Framing

Surat Kepada Presiden dari Zaytun Simanullang: Kehadiran Negara di Al Zaytun Tanpa Framing

Surat kepada Presiden RI, Ir Joko Widodo (Jokowi) dari CH Robin Simanullang terkait dengan polemik Mahad Al Zaytun.-Dok Pribadi-radarcirebon.com

BACA JUGA:KUR Fiktif Rp 1,5 Miliar di Cirebon Terungkap Akibat Kredit Macet Puluhan Warga, Pelaku Orang Dalam

Saya menulis tentang Al-Zaytun sesuai dengan apa yang saya lihat, dengar, rasakan dan alami dengan fokus pengejawantahan nilai-nilai dasar Pancasila, khususnya masalah kemandirian bangsa, peradaban, kemanusiaan, toleransi dan perdamaian; sebagaimana juga yang menjadi motto utama Al-Zaytun yakni Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian.

Motto ini adalah habitat Al-Zaytun; bukan retorika, apalagi kamuflase. Prinsip Toleransi dan Perdamaian yang dihabitualisasikan di atas landasan ideologi Pancasila dan konstitusi UUD 1945.

Prinsip dan ideologi itulah menjadi nilai pengikat independensi dan interdependensi yang saya junjung, baik dalam profesi jurnalis maupun persahabatan dengan Keluarga Besar Al-Zaytun.

Dalam hal ini, saya sangat go home di Al-Zaytun yang Rahmatan Lil’Alamin; sebagai sahabat dekat yang bukan seiman.

BACA JUGA:TANPA MODAL, Pemilik Rumah Mewah di Kuningan Ajak Bisnis Bareng, Ini Syaratnya

Suatu wujud toleransi dengan keteguhan iman sesuai dogma atau akidah agama masing-masing. Dan, itulah wujud toleransi Al-Zaytun yang saya alami empiris.

Maka setiap ada sangkaan, tuduhan, anggapan dan persepsi yang mem-framing Al-Zaytun seolah Islam garis keras, sarang teroris, pusat NII KW9, anti-Pancasila, merongrong NKRI.

Bahkan mengajarkan hal-hal yang tidak senonoh, perzinahan dihalalkan dengan membayar sejumlah uang dan aliran sesat.

Saya sama sekali tidak pernah melihat, mengetahui, merasakan dan mengalami hal-hal itu di Al-Zaytun. Sangat jauh panggang dari api. (Terkait moderasi Islam di Al-Zaytun yang di-framing aliran sesat, karena hal itu menyangkut akidah, saya membatasi diri).

BACA JUGA:Prajurit TNI di Kuningan Penghasilan Miliaran, Bisnis Alat Khitan Ekspor ke 62 Negara

Namun adalah kenyataan bahwa isu seperti itu telah berlangsung sejak tahun 2000, terutama setiap menjelang penerimaan santri baru.

Dan, yang saya rasakan (persepsi), bahwa kehadiran Negara dalam isu tersebut adalah suam-suam kuku. Walaupun sejumlah pejabat negara sudah berkunjung dan membuat pernyataan ‘membantah’ beberapa tuduhan miring itu, tetapi di sisi lain, Negara masih menunjukkan sikap ambivalen.

Maka, saya sebagai WNI yang telah menjadi sahabat karib (Batak: Aleale Satia) tidak seiman Al-Zaytun, sangat bangga dengan Al-Zaytun sebagai sebuah model lembaga pendidikan Islam Indonesia millenium ketiga.

Oleh karena itu sangat mengharapkan kehadiran negara untuk menjadi solusi dalam permasalahan dan kontroversi yang dihadapinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: