Pernyataan Syekh Panji Gumilang yang Diduga Penistaan Agama, Allah Berbahasa Arab dan Orang Indramayu

Pernyataan Syekh Panji Gumilang yang Diduga Penistaan Agama, Allah Berbahasa Arab dan Orang Indramayu

Syekh Panji Gumilang diduga melakukan penistaan agama atas pernyataannya.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Syekh Panji Gumilang, pimpinan Mahad Al Zaytun dilaporkan kepada polisi akibat dugaan penistaan agama dalam salah satu pernyataannya.

Dalam momen yang disiarkan kepada publik itu, Syekh Panji Gumilang bicara mengenai Allah berbahasa Arab yang bakal susah ketemu dengan orang Indramayu.

Terkait dugaan yang merujuk pada penistaan agama ini, lebih spesifik disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis.

Dia mengulas 2 perkara utama terkait dengan Syekh Panji Gumilang. Yakni indikasi penistaan agama dari pernyataan yang bersangkutan.

BACA JUGA:Gaduh Soal Pondok Pesantren Al Zaytun, Ketua Alumni Al Azhar Indonesia Bilang Begini

"Kalau Allah berbahasa Arab, nanti susah ketemu orang Indramayu, Gusti Allah nggak ngerti," demikian pernyataan Syekh Panji Gumilang yang ditulis ulang KH Cholil Nafis.

Menurut KH Cholil, ucapan dari Syekh Panji Gumilang tersebut tentu menyinggung keimanan umat Islam. Yang mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT Maha Tahu.

"Ini ucapan yang menyinggung keimanan kita bahwa Allah SWT Maha Tahu. Mari jaga NKRI," tulis KH Cholil di laman media sosial miliknya.

Sementara terkait dugaan sesat pada Panji Gumilang, karena masalah penafsiran pada Ayat 11 Surat Al Mujadalah yang kemudian dijelaskan dengan hadist doa.

BACA JUGA:'Dikancani Berjuang Malah Tinggal Gendaan', Spek Lelaki Durjana Brutal, Kisah Perceraian Dewa Eka Prayoga

Yakni, minal muslimina wal muslimat, dengan arti berdampingan. Maka hukumnya perintah meregangkan shaf salat. Padahal ini menyimpang dari kaidah tafsir yang sudah dan telah baku.

Seperti diketahui, Syekh Panji Gumilang memang mengubah shaf salat di Masjid Rahmatan Lil Alamin Mahad Al Zaytun pasca Salat Idul Fitri yang viral di media sosial, karena ada jemaah perempuan di belakang imam.

Setelah kejadian itu, ada perubahan signifikan dalam pelaksanaan shalat berjamaah di Al Zaytun. Yakni shaf perempuan yang sampai ke barisan depan.

Semula hanya dengan komposisi 70 persen laki-laki dan 30 persen perempuan. Namun, pada shalat Jumat pekan berikutnya kembali diubah menjadi 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: