Al Zaytun seperti Bangun Kibbutz di Israel, Connie Rahakundini Bilang Begitu, Bakal Lapor ke Menhan
Analis militer dan pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie menyebut Al Zaytun seperti Kibbutz di Israel.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com
BACA JUGA:Tol Indrajati Bakal Dibangun Tahun 2025, Bupati Indramayu Minta Tahun 2023
Meski membuat kapal tersebut untuk keperluan penangkapan ikan, namun Connie sebagai analis militer dan pertahanan justru melihat sesuati yang relevan dengan pertahanan laut.
Kapal besar yang dibangun Mahad Al Zaytun sudah sangat baik kualitasnya. Sehingga bisa dimanfaatkan sebagai kapal perang, bila suatu saat dibutuhkan.
“Yang penting sekarang dilihat ini buat apa. Kalau saya lihat kapal ini, yang di kepala saya bukan ikan. Kalau sampai perang, ini mah tinggal dikasih senjata. Betul gak? Tinggal tempel-tempel senjata, sudah,” bebernya.
Belajar dari beberapa perselisihan dan perang di laut, Connie menyebut yang dilakukan Taiwan hingga Jepang adalah mengerahkan nelayan. Bukan coast guard ataupun angkatan lautnya.
BACA JUGA:Balas Dendam ke Tunggal Putri Thailand, Gregoria Mariska Jadi yang Pertama dari Indonesia
Tetapi untuk meniru strategi serupa, tentu saja tidak bisa menggunakan kapal nelayan ukuran kecil. Harus yang punya ukuran jumbo.
“Makanya saya sangat hormat syekh sudah memulai dengan kapal yang panjangnya 50 dan 100 meter. Sampai ke ukuran seperti Bahtera Nabi Nuh yang heboh itu. Bahkan menurut saya, PT PAL saja nggak bermimpi membuat kapal segede Bahtera Nabi Nuh. Ini menurut saya didukung,” bebernya.
Soal beragam polemik yang terjadi di Mahad Al Zaytun hingga membuat pemerintah dan kepolisian turun tangan, Connie meminta masyarakat bijak.
Yakni, melihat sesuatu secara jernih dan tidak dicampur adukan. Misalnya dalam hal kemampuan galangan kapal dan pembuatan kapal nelayan, justru harusnya didukung. Bukan malah dinihilkan.
“Orang Indonesia harus dibiasakan melihat masalah secara klir. Jadi jangan dicampur adukan. Yang satu politik, apalah, pusing jadinya. Padahal ada sebuah kemampuan yang sedang dibangun,” tegasnya.
Lagi-lagi, Connie menegaskan bahwa sebagai akademisi dirinya melihat kepentingan nasional. Sesuatu yang lebih besar. Karenanya, apa yang dilakukan Al Zaytun dari sudut pandang tersebut, memang seharusnya mendapatkan dukungan.
“Kalau sampai terjadi perang, ini kita contohkan Taiwan, itu yang bergerak kapal nelayan. Kalau kapalnya kita nggak bisa bikin sendiri, kalau kemudian nggak bisa cepat bikinnya. Kan syekh ini bikinnya cepat banget nih. Kemandirian nggak pake uang BUMN, APBN,” tegasnya.
Karena itu, hasil kunjungannya ke Mahad Al Zaytun akan dilaporkan oleh Connie kepada sejumlah pihak terkait.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: