'Butiran Kayu Ajaib' Ini Bisa Ditemui di Majalengka, Tak Jauh dari Puncak Jahim
Di dekat Puncak Jahim Majalengka atau Jahim Pass, terdapat pabrik wood pellet.-Hasan Albana/Ist-radarcirebon.com
Nah bangunan beratap dan berdinding gavalum ini, lokasinya di tebing. Persis di pinggir jalan menuju jalan tembus Desa Rawa. Inilah “pabrik” pembuat “Butiran Kayu Ajaib” itu.
BACA JUGA:'Butiran Kayu Ajaib' Bernama Wood Pellet, Cocok untuk Industri Pangan Indonesia
Apa itu “Butiran Kayu Ajaib”? Ini tak lain dari penyebutan nama lain wood pellet atau pelet kayu. Semua sudah banyak yang tahu apa yang disebut wood pellet.
Wood Pellet atau pellet kayu adalah serbuk kayu yang telah dipadatkan atau dipress melalui tekanan dan panas sehingga mempunyai nilai kalori yang lebih tinggi dari bahan penyusunnya.
Kena bentuknya butiran serbuk kayu yang dipadatkan, maka banyak orang menyebutnya dengan “Butiran Kayu Ajaib”.
Sudah lama sebenarnya produksi wood pellet ditempat itu. Bisa jadi sudah lebih dari 7 tahun. Namun karena letaknya di dalam, orang masih belum yang belum tahu.
Mulanya bahan baku wood pellet tersebut berasal dari kayu Kaliandra Merah. Kayu ini memang yang terbaik sebagai bahan baku wood pellet.
Namun karena memakan biaya besar untuk memperoleh kayu dan juga memprosesnya, maka lama kelamaan tak lagi menggunakan bahan baku kayu Kaliandra Merah.
Kemudian beralih ke serbuk kayu yang lain. Selain mudah didapat, biayanya pun lebih hemat.
Tidak semua serbuk kayu diproduksi menjadi wood pelet di tempat itu. Hingga sekarang yang paling banyak dari serbuk kayu sengon dan kayu mahoni.
BACA JUGA:Untung Rugi Produksi Wood Pellet, Cara yang Harus Ditempuh Biar Hasil Maksimal
Dua serbuk ini mudah didapat di lokasi penggergajian di sekitar Majalengka, Ciamis dan Tasikmalaya. Harganya pun sangat terjangkau.
Usaha itu juga menghindari bahan baku dari serbuk kayu pinus. Serbuk dari kayu tersebut terkenal memiliki getah, sehingga dihindari. Karena getah dari serbuk kayu pinus ini bisa merusak mesin pellet.
Usaha “Butiran Kayu Ajaib” di Desa Rawa ini hingga sekarang masih beroperasi, walau skala kecil dan tertatih-tatih. Sebagian besar produknya pun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan industri kecil menengah bidang pangan di desa tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: