Perjalanan Mudik-Perjalanan Ibadah
Ade S Danu-Abdullah-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Mudik lebaran bagi masyarakat kita sudah menjadi tradisi ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Tradisi mudik di tanah air selain karena keinginan yang kuat untuk bertemu dan berkumpul, bersilaturahim dengan keluarga, teman, dan kerabat , juga karena difasilitasi oleh pemerintah dengan berbagai kebijakan dan penetapan waktu libur pada menjelang dan setelah Hari Raya yang sangat mendukungnya.
Sebenarnya tidak ada perintah secara langsung dalam Islam yang menyerukan agar umat Islam mudik menjelang Idul Fitri. Namun demikian mudik lebaran identik dengan safar atau mengadakan perjalanan, di mana hal ini telah diatur dalam Islam. Selain persiapan-persiapan mudik, maka hendaknya adab-adab syar’i ketika safar juga harus diperhatikan.
Hal ini penting agar tujuan mudik kita bisa tercapai dan amalan syar’ipun juga bisa ditunaikan. Selain itu, agar mudik menjadi barakah dan mendapat keridhaan dari Allah ‘azza wa jalla.
1.Mensyukuri Kendaraan
Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam (manusia), Kami mengangkut mereka (dengan sarana transportasi) di daratan dan di lautan, Kami memberi mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami melebihkan mereka dengan kelebihan (keutamaan) atas kebanyakan makhluk lainnya yang telah Kami ciptakan.” (QS Al-Isra’: 70) Tafsir as-Sa’di
BACA JUGA:Curva Nord Boys: Desak Bupati Peduli Kemajuan Sepakbola PSGJ
Kendaraan merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dengan demikian maka sebagaimana nikmat yang lain, nikmat adanya kendaraan menuntut kita untuk meningkatkan rasa syukur kepada Yang Memberikannya.
Di antara bentuk syukur adalah dengan merawat kendaraan sebaik-baiknya, bannya, mesinnya, membersihkan bagian-bagiannya, serta memanfaatkannya untuk kebaikan dan ketakwaan. Walaupun pada jaman Nabi sarana transportasinya berupa unta atau kuda, tapi Rosulullah selalu menggunakan unta atau kuda yang terbaiknya dalam berperjalanannya .
Bahkan ketika Nabi melaksanakan perjalanan Isra Miraj, Allah menyiapkan buroq sebagai kendaraan yang ditumpanginya. Bentuk buroq digambarkan berwarna putih, lebih besar dari keledai tapi lebih rendah dari baghal. Hal ini dapat dimaknai bahwa kendaraan yang digunakan harus bersih , terpelihara., serta berukuran yang secukupnya sesuai kemampuan kita.
Kendaraan yang kita miliki atau yang kita kendarai harus bisa menjadi perantara untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, bukan malah menjadi penyebab datangnya bala dan musibah.
Ingatlah, banyak umat-umat terdahulu dibinasakan dan dicabut nikmat dari mereka karena jauhnya mereka dari sikap syukur. Allah telah mengingatkan kita:
BACA JUGA:Jasad di Dalam Mobil Merah Diduga Korban Pembunuhan, Ini Identitasnya
“Jika kalian bersyukur maka Aku akan tambah (nikmat) yang lain kepada kalian. Namun jika kalian kufur maka sungguh adzabKu amatlah pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
2.Berniat yang Benar Sebelum Berperjalanan
Hal penting saat kita akan berperjalanan adalah “Berniatlah yang Benar”. Seorang Muslim hendaklah berniat yang benar ketika hendak berperjalanan sebagai ibadah dengan mengharap ridha dari Allah SWT, maka dengan demikian setiap jarak langkah kita/setiap meter menuju sesuatu yang benar dan dalam ridha Allah akan berbuah pahala.
3.Mempelajari Tujuan dan Rute Perjalanan
Pengemudi hendaknya mengetahui lokasi tujuan dan menetapkan rute yang akan ditempuh sehngga dapat memperhitungkan waktu. Pelajari juga tempat -tempat penting sepanjang perjalanan terutama untuk kebutuhan sholat, istirahat, mengisi bahan bakar,atau berekreasi. Hendaklah memberi kabar juga kepada keluarga/kerabat yang menjadi tujuan perjalanan
P
ada jaman sekarang, untuk mengetahui suatu lokasi dan rute sangat mudah dilakukan melalui Global Positioning System (GPS). Tapi ingat, selama mengemudi pengemudi dilarang memperhatikan GPS, biarlah penumpang lain di sebelahya yang memandu sambil memperhatikan GPS.
BACA JUGA:Sambut Mudik Lebaran 2024, PT KAI Daop 3 Cirebon Turunkan Kekuatan Penuh
Pentingnya mengetahui tujuan sebelum berperjalanan sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau hendak melakukan perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah. Dalam sebuah buku Kisah Hidup Nabi mengungkapkan, Nabi SAW sudah mengetahui bahwa Yastrib adalah lahan subur di antara dua jalur batu-batu hitam yang beliau lihat dalam mimpinya. Beliau juga tahu bahwa tibalah waktunya untuk hijrah.
Sementara itu, Dr Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya mengenai Hijrah dalam Pandangan Al-Quran menuliskan, Imam Muslim mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku melihat dalam tidur bahwa aku berhijrah dari Makkah menuju suatu tempat yang banyak terdapat pohon kurma. Aku mencoba menebak apakah itu Yamamah atau Hajar? Namun, ternyata, itulah Kota Yatsrib.” (Shahih Muslim: 2272).
4.Berdoa Sebelum Berperjalanan
Sejak jaman dulu sudah digambarkan bahwa berpejalanan itu mengandung potensi bahaya dan ganguan setan. Maka dari itu, hendaklah berdoa sebelum berperjalanan.
Setiap pengemudi patut bersyukur atas kemampuan mengemudinya, karena sebelumnya tidak bisa mengemudi, dan banyak orang belum tentu bisa mengemudi. Pengemudi hendaklah berserah diri pada Allah dan mohon perlindungan diri dan keluarga kepada-Nya atas potensi kerugian harta dan jiwa. Pengemudi juga memohon rakhmat agar perjalanan yang jauh seolah-olah menjadi dekat dan sepanjang perjalanan dijauhkan dari pemandangan yang buruk .
BACA JUGA:Arus Lalu Lintas Menuju Jawa Terus Meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: