Perjalanan Mudik-Perjalanan Ibadah

Perjalanan Mudik-Perjalanan Ibadah

Ade S Danu-Abdullah-radarcirebon.com

Dalam islam, hendaknya seorang musafir membaca dzikir “subhanallah” ketika melewati jalan menurun dan “Allahu akbar” ketika melewati jalan mendaki.
Dalam sebuah riwayat disebutkan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya biasa jika melewati jalan mendaki, mereka bertakbir (mengucapkan “Allahu Akbar”). Sedangkan apabila melewati jalan menurun, mereka bertasbih (mengucapkan “Subhanallah”).”

11. Ketika Kendaraan Tiba-tiba Mogok atau Rusak
Dalam sebuah perjalanan, walaupun kita sudah mempersiapkan dengan seksama, terkadang kendaraan mogok atau ban tiba-tiba kempes.  Tentu hal ini sesuatu yang sangat tidak dikehendaki.  
Bersikaplah  tenang, termasuk semua penumpang. Hati-hati dan waspada saat keluar dari kendaraan.  Bisa saja ban kempes karena ulah orang yang akan berbuat jahat. 

Pengemudi hendaknya menghentikan kendaraan di tempat yang ramai, setidaknya di tempat yang mudah dilihat dan mudah untuk meminta pertolongan oranglain.  
Dalam islam, jika kendaraan mogok atau gangguan lain pada kendaraan, janganlah menjelek-jelekan syaithan karena syaithan akan semakin besar kepala. Namun ucapkanlah  “bismillah”. (Segala puji bagi Allah).
Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata,:

 “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, “Celakalah syaithan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyanggah ucapanku tadi,  “Janganlah engkau ucapkan ‘celakalah syaithan’, karena jika engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, yang tepat ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.”

BACA JUGA:PT LIB Putuskan Hentikan Sementara Liga 1 Indonesia Musim 2023-2024, Mulai Lagi Kapan?

Penutup
Ketahuilah bahwa Nabi SAW. -menggarisbawahi empat hal yang menjadi hak asasi jalan (H.R. Bukhari dan Muslim), yaitu:
a) Membatasi pandangan – termasuk tidak memperlambat kendaraan, atau berkerumun sehingga memacetkan lalu-lintas sekadar untuk melihat satu peristiwa;
b) Menghindarkan gangguan, bukan saja dengan tidak membuang sampah di jalan tetapi juga misalnya tidak membunyikan klakson secara berlebihan;
c) Menyebarluaskan kedamaiaan, antara lain dengan bertoleransi memberi peluang mendahului bagi siapa yang memintanya. Di sisi lain, berterima kasih – walau dengan mengangguk atau mengangkat tangan- kepada yang melapangkan buat Anda;
d) Mengajak kepada kebaikan serta menghalangi kemungkaran.

Semua Bisa Jadi Pahala
Kita sudah seyogyanya  bersyukur.  Ternyata dalam sebuah perjalanan tidak ada yang disia-siakan oleh Allah SWT. Semua bisa menjadi sumber pahala.   Ketika memakai helm, ketika meninggalkan rumah, berhenti di persimpangaan karena lampu merah, mengikuti rambu petunjuk, mematuhi rambu larangan, tidak melanggar marka,, santun ketika dipersimpangan, yakini bahwa melakukan semua itu dalam rangka mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya yang menyuruh kita untuk taat kepada aturan pemerintah dalam hal yang bukan maksiat. Dengan demikian, sepanjang perjalanan  dianggap sedang melakukan ibadah kepada Allah.
Allahu a’lam.

Oleh: Ade S Danu
)* Instruktur Mengemudi. Penggiat literasi_roadsafety

BACA JUGA:Jangan Nekat! Inilah Potensi Gangguan Kesehatan Jika Mudik Pakai Sepeda Motor

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: