Mandi Petasan dan Sepak Bola Api, Ini Dia Sejarahnya Tradisi Menyambut Ramadan di Pesantren Ciwaringin Cirebon

Santri pondok pesantren Ciwaringin, Kabupaten Cirebon melakukan tradisi permainan berbagai atraksi dengan api, Selasa malam (11/2/2025).-Dedi Hariyadi-Radarcirebon.com
"Alhamdulillah tak terasa panas saat bermain api dan petasan, mungkin sudah didoakan para kiyai-kiyai kita supaya kita lebih tenang biar bisa hadapi itu semua. Kita berserah diri pada Tuhan saja," ujar Faizul Kurnain, salah satu santri yang bermain atraksi kepada Radarcirebon.com.
BACA JUGA:Kalahkan Nepal 9-0, Timnas Indonesia Melanjutkan ke Final Amputee Football Asian Championship 2025
Sementara itu, Marzuki Ahal selaku pembina sepak bola Api mengatakan, bahwa tradisi ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang erat kaitannya dengan perjuangan melawan penjajah Belanda.
"Kegiatan ini untuk menyambut bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah, sekaligus melestarikan budaya orang dulu saat melawan Belanda. Dulu itu menggunakan batu, kemudian api sebelum diterjunkan ke medan perang. Permainan ini sudah dilakukan sejak zaman Belanda, terutama di lingkungan pesantren," katanya.
Ia juga menyebutkan, bahwa sebelum mengikuti tradisi ini, para santri menjalani ritual khusus, termasuk puasa selama 21 hari.
"Sebelum acara, mereka wajib melaksanakan puasa Tarkhuruh, saat sahur dan berbuka tidak boleh mengonsumsi makanan yang memiliki ruh," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: