2 Alasan yang Belum Banyak Diketahui sehingga Kartini Batal Sekolah di Belanda, Terkait Aliran?

RA Kartini, sosok pahlawan perempuan Indonesia. -Wikipedia-
Dan yang ketiga, Kartini tidak mau menggunakan bahasa kromo inggil, di depan suami. Kromo inggil adalah bahasa yang biasa digunakan oleh kalangan bangsawan Jawa.
Kartini akan menggunakan bahasa Jawa “ngoko” di depan suaminya. Jawa ngoko merupakan bahasa yang biasa dipergunakan oleh kebanyakan orang Jawa.
BACA JUGA:HATI-HATI! Jalan Longsor di Desa Belawa Hanya Dipasangi Crukcuk
BACA JUGA:5 Jenis Tanaman Hias Cantik yang Cocok untuk Hiasan di Depan Rumah
Alwijo menyebutkan, ketiga syarat tersebut mungkin kalau sekarang merupakan hal yang biasa. Namun ketika itu, ketiga syarat itu merupakan pukulan telak bagi kalangan bangsawan Jawa yang terkenal feodal.
Namun bukan hal itu, semata-mata Kartini batal sekolah ke Belanda. Menurut Alwijo, alasan sesungguhnya karena ketakutan dengan aliran yang dianut Kartini.
Alwijo menyebut aliran Kartini sangat dipengaruhi oleh Stella Hartshalt-Zeehandelaar. Seperti diketahui Stella merupakan sahabat pena Kartini yang beraliran feminis-sosialis. Aliran tersebut juga ditakuti di Belanda.
Menurut Alwijo, jika 2 orang tersebut tersebut bertemu di Belanda akan membahayakan pemerintahan Hindia Belanda. Sebab, Kartini bisa memporak-porandakan tradisi bangsawan Jawa yang feodal.
Sebab, tradisi kebangsawanan Jawa yang feodal itu, sangat menguntungkan pemerintah Belanda.
Jika kemudian berubah, maka pemerintah akan kesulitan. Karena itu, pemerintah berkepentingan untuk mencegah Kartini sekolah di Belanda. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: