Jelang Vaksinasi Campak dan Rubella, Warga Benda Kerep Takut Cacat dan Trauma

Jelang Vaksinasi Campak dan Rubella, Warga Benda Kerep Takut Cacat dan Trauma

Agustus mendatang ada “hajatan” akbar Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Yakni vaksinasi campak dan rubella. Sasarannya adalah bayi 9 bulan hingga anak usia SMP. Semua wajib ikut. Bagaimana dengan masyarakat yang belum terbiasa dengan program pemerintah di bidang kesehatan? ========================= KOTA Cirebon punya daerah itu. Daerah dengan tingkat partisipasi rendah dalam imunisasi. Wilayah tersebut adalah Argasunya, terutama di RW Benda Kerep. Salah satu contoh rendahnya tingkat partisipasi masyarakat itu terekam pada pelaksanaan imunisasi tahun 2016. Saat itu dari sekitar 136 balita sasaran, hanya 9 yang mengikuti imunisasi. “Tahun kemarin saja kurang diminiati. Padahal kalau posyandu tiap bulan itu ramai. Mereka pada takut kalau imunisasi,\" ucap Ketua RW Benda Kerep, Rosyidi. Hal itu, lanjut dia, lantaran pernah ada kejadian salah seorang warga yang sampai cacat setelah diberikan vaksin polio waktu itu. Meski kejadian itu sudah puluhan tahun terjadi, warga setempat masih merasa ketakutan. “Menolak sih tidak. Cuma mereka kalau imunisasi itu suka sedikit ketakutan dan khawatir, sehingga tidak mau,” ujarnya saat dijumpai Radar, kemarin. Sebenarnya tingkat parisipasi warga di daerah Benda Kerep ini terbilang sudah mulai ada kemajuan. Meskipun untuk imunisasi dirasakan sangat berat. Masih butuh kerja ekstra untuk mengajak masyarakat benar-benar peduli kesehatan. Kader Posyandu Benda Kerep, Iis Uswatun Hasanah menyebutkan kemajuan itu misalnya ditunjukkan dengan angka partisipasi dalam kegiatan penimbangan posyandu yang bisa mencapai 90 persen. Atau kegiatan KB yang bisa mencapai 50 persen. \"Tapi anehnya kalau vaksin imunisasi itu berat sekali. Ini perlu kesabaran untuk mendobrak pemikiran warga, bagaimana caranya supaya mereka membuka pemikiran,\" ujarnya. Berbagai upaya dan metode sudah dilakukan. Salah satunya sosialisasi door to door ke rumah-rumah warga. Cara ini terbilang cukup menyita waktu dan tenaga. Karena harus mendatangi masing-masing rumah. Sebab kalau mengumpulkan warga dalam satu ruangan, dirasakan masih sedikit kemungkinan hadir. \"Harus sabar dan gak ngotot. Memberi pemahamannya memang harus pelan-pelan. Sedikit-sedikit membuka hati orang itu,\" ujarnya. Selain karena takut dan khawatir membahayakan kesehatan dan jiwa anak, ada pemahaman di masyarakat mengenai hukum pemberian vaksin yang mengandung unsur yang diharamkan oleh agama. Untuk itu, sambung Iis, dinkes pernah mengajak sesepuh di Benda Kerep untuk melihat langsung pabrik vaksin. Namun ajakan itu ditolak. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: