Asap TPA Ciledug Makin Parah, Waspada Gangguan Pernafasan dan Kanker

Asap TPA Ciledug Makin Parah, Waspada Gangguan  Pernafasan dan Kanker

CIREBON-Dampak dari asap tebal yang berasal dari terbakarnya gunungan sampah di TPAS Ciledug seperti dibiarkan. Bahkan dua hari terakhir, tidak terlihat penanganan dampak asap yang mengganggu aktivitas warga dari Jateng dan Jabar tersebut. Padahal, asap yang berasal dari terbakarnya sampah plastik dan sampah-sampah lainnya tersebut, sangat berbahaya jika terpapar langsung ke manusia. Hal tersebut dikatakan aktivis lingkungan Cirebon Timur, Rian Jaelani saat ditemui Radar. Dikatakannya, banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari asap yang keluar dari pembakaran sampah di TPAS Ciledug tersebut. “Literaturnya sudah banyak. Studi kasusnya juga ada beberapa. Banyak dampak negatifnya dari asap tersebut. Salah satunya jika dihirup masyarakat sangat berbahaya dampaknya. Jika dalam kondisi tertentu asap tersebut, bisa memicu beberapa penyakit berbahaya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati hingga ISPA,” ujarnya. Oleh karena itu, penanganan persoalan terbakarnya sampah di TPAS Ciledug tersebut, tidak bisa dilihat sebelah mata dan harus dicari jalan keluarnya karena dampak penyakitnya mungkin dirasakan nanti. “Kalau sekarang mungkin baru sesak nafas saja, tapi kalau nanti bisa jadi penyakit-penyakit berat itu yang hinggap. Saya mendesak pemerintah untuk mengambil langkah tegas yang diperlukan, kasihan masyarakat, dipaksa menghirup udara tidak sehat yang tercemar polusi berat,” imbuhnya. Sudah berhari-hari asap yang keluar dari tumpukan sampah tersebut, menunjukan belum siapnya pengelolaan sampah di Kabupaten Cirebon, terlebih ternyata Kabupaten Cirebon tidak punya langkah antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran di TPAS. “Anehnya gunungan sampah sudah terbakar, tapi di lokasi tersebut masih dijadikan tempat pembuangan sampah, lalu kapan kelarnya?” bebernya. Sementara itu, Deputi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, Dwi Rena saat dihubungi Radar mengatakan, dampak negatif dari asap terbakarnya TPA tersebut, baru akan dirasakan masyarakat 5-10 tahun ke depan. “Banyak potensi penyakit yang timbul karena paparan asap tersebut. ISPA adalah yang paling umum, karena kualitas udara yang buruk. Kanker dan lain-lainnya, mungkin setelah beberapa tahun,” ungkapnya. Ia pun mendorong masyarakat sekitar TPA dan masyarakat Cirebon pada umumnya, untuk bersama-sama mendesak pemerintah agar melakukan pengelolaan sampah yang benar dan baik, serta ramah lingkungan. “Kalau untuk sampah itu ada dua metode, ada open dumping dan sanitary landfield. Untuk open dumping sudah tidak dibolehkan lagi, karena berbahaya,” tuturnya. Open dumping menurut Rena, adalah pengolahan sampah di tempat terbuka dan hanya ditumpuk saja, sehingga membahayakan warga sekitar. Banyak potensi negatif yang ditimbulkan dari mulai kebakaran, longsor dan akumulasi gas metan yang memungkinkan lokasi tersebut meledak. “Ada contoh kasusnya di Leuwigajah, Bandung. Saat itu, TPA Leuwigajah meledak karena akumulasi gas metan, dan longsor hingga menyebabkan ratusan jiwa meninggal dunia,” katanya. Sementara, Sanitary Landfield adalah proses pengolahan sampah dengan cara ditumpuk dan dilapisi tanah untuk menangkap gas metan yang keluar dari sampah. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: