Penyuplai “Menghilang”, Garam Langka, Warga Cemas

Penyuplai “Menghilang”, Garam Langka, Warga Cemas

CIREBON - Daerah Cirebon yang selama ini menjadi produsen garam, makin hari, bahan utama dapur itu, mulai sulit ditemukan. Sejumlah pedagang di warung maupun toko, dan para pedagang nasi, sudah merasakan kesulitan mencari penyedap masakan tersebut. Akibatnya, harga garam semakin melambung. Muhammad Uki, karyawan toko klontong yang berada di Jl Perjuangan, Kota Cirebon, mengakui kelangkaan garam sudah terjadi sejak sebulan lalu. Penyuplai stok garam sejak satu bulan lalu, “menghilang” alias tak lagi datang untuk menyetok ke tokonya. \"Garam yang biasanya kami jual itu cap Kapal, tapi sudah sebulan nggak ada. Ada juga merek lain yang kita banderol dengan harga Rp 1.400,\" tuturnya. Namun, sudah dua minggu ini ia mengaku ketersediaan garam di tokonya pun kosong, baik garam Kapal atau merek lainnya. \"Nggak ada garam sudah dua minggu. Yang biasa ngirim memang bilang stoknya kosong,\" ungkapnya kepada Radar, Sabtu (29/7). Sama halnya dengan Uki, Udin salah satu pedagang grosir di Kandang Perahu, Kota Cirebon, mengaku stok garam sejak sebulan lalu memang terbatas. Meski begitu, kini masih tersedia garam di tokonya, walaupun tidak dalam stok yang biasanya. Harganya pun kini mengalami kenaikan. Kini, dia menjual garam batangan Rp 3.000/pak. \"Karena stok terbatas, harga juga naik,\" singkatnya. Sementara itu, Uni Tuti salah satu penjual masakan padang di Jl Perjuangan, Kota Cirebon mengatakan kesulitan mendapatkan garam sejak kemarin (29/7). Di beberapa beberapa toko klontong sekitar tempatnya berjualan pun, tak ada yang menjual garam. \"Kaget, kemarin saya cari garam di sekitar sini (tempat jualannya) kosong semua. Memang sih beberapa minggu lalu, kalau belanja di pasar nggak ada garam yang biasa saya beli. Adanya merek lain,\" ungkapnya. Setelah mencari di sejumlah tempat, akhirnya dia mendapatkan garam di salah satu warung klontong yang agak jauh dari tempatnya berjualan. Jika biasa garam yang ia beli dibanderol dengan harga Rp 2.500, kemarin garam naik menjadi Rp 6.000. \"Katanya karena memang lagi susah, jadi naik sampai Rp 6 ribu,\" ucapnya. Dia pun khawatir dengan kelangkaan garam ini. Dia berharap, ketersediaan garam cepat kembali seperti semula. \"Kalau nggak ada garam, saya masak bagaimana? Semoga saja cepat normal kembali, dan kenaikan harganya jangan terlalu tinggi,\" harapnya. Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Cirebon. Pantauan Radar di sejumlah warung sembako, garam lokal sudah sulit ditemui. Kalau pun ada, hanya ada satu atau dua merek. \"Stok lagi kosong. Biasanya ibu-ibu sukanya belanja garam lembut merek cap Kapal, garam Bata, tapi sekarang juga lagi kosong. Paling adanya yang krosok,\" kata Susanti pedagang sembako di bilangan Pasar Pasalaran, Kabupaten Cirebon. Karena sulitnya mendapatkan garam, harganya pun melonjak. Salah satunya garam merek kapal yang biasanya dijual dengan harga Rp 1.500/bungkus, kini Rp 2.500/bungkus. Sedangkan garam krosok kasar yang biasanya Rp 5.500 kini tembus Rp 8.000/kg. \"Selama ini saya jualannya garam lokal. Nggak tahu kayak gimana garam impor. Kalau bisa garam impor jangan masuk, kasihan petani garam lokal,\" tuturnya. Salah satu Ibu Rumah Tangga asal Desa Setu Wetan, Kecamatan Weru, Naimah mengaku khawatir dengan semakin langkanya garam. Jika kelangkaan garam terus terjadi, maka harganya pun bisa mengejar harga beras kualitas premium. \"Ini saja yang krosok sudah Rp 8.000/kg, itu pun kalau belinya di pasar. Kalau di warung bisa dua kali lipat. Saya khawatir kalau naik terus, bisa-bisa harganya sama dengan beras,\" kata Naim. Bukan hanya di Cirebon, di Indramayu pun petani garam mulai cemas. Petani garam, Samin mengatakan, gara-gara hujan yang kerap turun, membuat produksi garam tersendat, bahkan berujung gagal panen. “Kalau kena hujan ya pasti gagal panen,” keluh Samin, petani garam asal Kecamatan Kandanghaur, Sabtu (29/7). Dia tidak habis pikir, kenapa hujan masih terus-terusan mengguyur. Padahal sesuai prediksi, bulan-bulan ini sedang puncak-puncaknya musim kemarau. Tapi hampir dalam setiap satu minggu, hujan sesekali turun. “Garam sudah siap panen nih, kena hujan jadi gagal. Mulai dari awal lagi, pas mau panen kena hujan lagi. Gagal maning,” ucapnya. (apr/via/kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: