Hujan, Petani Garam di Desa Tanjakan Garap Ulang

Hujan, Petani Garam di Desa Tanjakan Garap Ulang

INDRAMAYU–Petani garam di Desa Tanjakan, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu terpaksa menggarap ulang lahan produksi garam. Hal ini terpaksa dilakukan karena produksi garam sebelumnya gagal panen, akibat turun hujan. Seperti diungkapkan Tarlim (50), warga Blok Panggangjero Desa Tanjakan Kecamatan Krangkeng. Menurutnya, lahan garam yang ia garap sebenarnya sudah hampir panen beberapa waktu yang lalu. Namun akibat turun hujan lahan tersebut kemasukan air bercampur lumpur. Akibatnya lahan garam terpaksa harus dibersihkan lagi, dan penggarapan lahan kembali dimulai dari nol. “Ini kan tadinya sudah mau panen, tapi kemasukan air bercampur lumpur. Akibatnya kami terpaksa membersihkan kembali lahan ini untuk menggarap ulang,” ujar Tarlim, saat ditemui di lahan garam Desa Tanjakan. Tarlim mengaku kecewa karena di saat harga garam saat ini sedang tinggi, ia justru tidak bisa menikmati manisnya harga garam. Namun ia berharap dalam satu bulan kedepan tidak turun hujan, sehingga produksi garam bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan. “Mudah-mudahan tidak hujan lagi, sehingga kami bisa menikmati panen garam,” harap Tarlim, didampingi Dakuni, petani lainnya. Sementara menurut tokoh masyarakat setempat yang juga petani garam, H Abdullah Thohir, sebagian besar petani garam di Desa Tanjakan, Kecamatan Krangkeng memang masih menggunakan cara-cara tradisional dalam memproduksi garam. Yaitu dengan cara mengeringkan air laut di atas tambak garam. Akibatnya ketika turun hujan garam akan bercampur dengan lumpur. Dikatakannya, ada sejumlah petani yang sudah menggunakan plastik geomembran sebagai dasar di lahan garam, namun jumlahnya masih sangat terbatas. Menurutnya, plastic geomembran yang merupakan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI baru dinikmati sebagian kecil petani garam. Padahal plastic geomembran membuat garam lebih bersih dan berkualitas serta bisa bersaing dengan garam impor. “Harapan kami, bantuan plastik geomembran bagi petani garam bisa lebih banyak lagi. Karena kalau petani harus beli sendiri akan keberatan, karena harga plastik geomembran lumayan mahal,” harapnya. Abdullah Thohir juga mengaku kecewa karena di saat harga garam mahal dirinya belum bisa panen. Menurutnya, saat ini harga garam di tingkat petani bisa mencapai Rp3.500/kg. Padahal sebelumnya paling tinggi hanya Rp1.200/kg. Bahkan saat ini harga garam di pasaran bisa mencapai Rp5.000/kg. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: