Syekh Panji Gumilang Tidak Menggunakan Gelar Kiai Maupun Gus, Tapi Kok Bisa Pimpin Mahad Al Zaytun?

Minggu 11-06-2023,07:05 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Syekh Panji Gumilang tidak bergelar gus maupun kiai, meski dirinya adalah pendiri dan pemimpin Mahad Al Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, sekitar 2 jam perjalanan dari Jakarta.

Karenanya, sampai dengan saat ini, tidak ada penggunaan gelar kiai maupun gus. Seperti yang biasa digunakan di lingkungan pesantren di Indonesia.

Apalagi, Syekh Panji Gumilang tidak berlatar belakang tersebut. Dia adalah anak kepala desa. Masa kecilnya dihabiskan di Desa Sembunganyar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik.

Syekh Panji Gumilang mengungkapkan, di dekat tempat tinggalnya ada Gunung Surowidi yang konon menjadi tempat pertapaan para wali.

BACA JUGA:KECEWA! Timnas Argentina Sudah di China, Tapi Messi Batal ke Indonesia, Orang Ini yang Bilang

Menurut cerita, para wali yang kebanyakan dari wilayah Pantura, biasa melakukan pertapaan di gunung tersebut untuk mengasah batin.

Bahkan kini Gunung Surowidi dijadikan nama dari kapal berukuran 300 gross ton yang dibangun oleh Mahad Al Zaytun di PT Pelabuhan Samudra Biru Mangun Kencana.

Syekh berkisah, semasa dirinya kanak-kanak kerap bersepeda mendekati Gunung Surowidi dari kampungnya di Desa Sembunganyar.

Karena latar belakangnya itu, Syekh Panji Gumilang tidak menggunakan gelar kiai ataupun gus. Sebutan tersebut juga tidak dipakai di Mahad Al Zaytun.

BACA JUGA:Sandy Walsh Cidera, Rencana Shin Tae Yong Buyar, Tidak Masuk Line Up Lawan Palestina, Bagaimana Argentina?

Datuk MYR Agung Sidayu, Ketua Dewan Pengawas LKM Masjid Rahmatan Lil Alamin menjelaskan, gelar yang digunakannya adalah syekh atau dalam penulisan internal di Mahad Al Zaytun 'syaykh'.

Adapun penyebutan syaykh tersebut memiliki makna sosok senior. Bukan kiai seperti halnya para pemangku pondok pesantren lain di Indonesia.

Syekh Al Zaytun juga tidak memberikan gelar 'gus" kepada anak-anak dan saudara-saudaranya, seperti tradisi yang berlaku.

"Semua eksponen Al Zaytun berstatus sama, yang membedakan adalah senioritas, sebagai keseyogyaan, yang tua mencintai yang muda dan yang muda menghormati yang tua," jelasnya.

BACA JUGA:WOW! Aset Al Zaytun Tembus Rp 22,5 Triliun di Tahun 2024 Bisa Sampai 50 Triliun, Banyak yang Belum Dinilai

Kategori :