INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM – Akibat rekening Panji Gumilang dan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun diblokir oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) demi kepentingan penyelidikan, wali santri pun angkat bicara.
BACA JUGA:Mengawali Tugas, Kapolres Cirebon Kota Kunjungi Sekolah
Perlu diketahui, akibat penyelidikan yang dilakukan oleh Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), seluruh rekening Syekh Panji Gumilang dan Ponpes Al Zaytun dalam kondisi diblokir.
Praktis, sumber dana yang masuk juga ikut dibekukan dan tidak bisa diambil. Belum lagi uang yang ada di dalam rekening-rekening itu.
Meski untuk kebutuhan pangan 10.000 orang penghuni ponpes dalam keadaan aman, tetapi ada masalah lain untuk keuangan.
Salah satunya adalah beban gaji yang nilainya mencapai Rp 4 miliaran setiap bulannya. Tentu, itu adalah kewajiban yang harus dibayarkan.
BACA JUGA:Sandiaga Uno: Prestasi Dzaki Wardana di TABR Buat Brand Indonesia Mendunia
Oleh karena itu, Syekh Panji Gumilang meminta agar wali santri yang belum memenuhi kewajibannya membayar biaya pendidikan, agar tidak melakukan dengan sistem transfer.
"Ke-blokir lagi nanti. Jangan lewat rekening. Sekecil apapun, antar tunai. Nanti kita nggak bisa belanja ini itu," tuturnya.
Karena itu, syekh menginstruksikan agar sementara rekening masih diblokir, agar pembayaran apapun dilakukan dengan tunai.
"Karyawan gajinya tidak bisa terbayar. Guru, itu satu bulan bukan ratus juta. Miliar. Karyawan juga begitu," tuturnya.
BACA JUGA:Digitalisasi Pajak di Jabar Berhasil Tingkatkan Pendapatan Daerah
"Maka tadi sudah diterangkan, ketika ada wali santri hendak mengirim kewajibannya, jangan dimasukan ke rekening bank," katanya.
Sebab, sambung dia, ketika ditransfer lewat rekening bank, tentu akan ikut terkena blokir dan tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Menyikapi persoalan ini, para wali santri hingga civitas pun menyampaikan keluh kesahnya di media sosial. Bahkan, mereka menyebut pemerintah sudah dzalim.
"Terlalu. Akan ada hukum-hukum baru di negara Indonesia: Penyitaan agama, pemblokiran pendidikan," demikian dituliskan salah seorang civitas berinisial DC.
BACA JUGA:Jangan Dicontoh! Pria Bunuh Diri Lompat dari Lantai 29 Apartemen di Jakarta Timur
Menurutnya, modus yang dijalankan saat ini adalah menguasai lahan dengan cara memboikot asupan makan santri dan semua yang berkaitan dengannya. (*)