Tujuannya demi menuntut kolega mereka dibebaskan. Selain itu menuntut agar orang-orang Israel keluar dari bumi Indonesia.
Bermula pada 11 Maret 1981 di Kota Bandung. Imran bin Muhammad Zein sudah bertekat bulat. Pimpinan Jamaah Imran dari Komando Jihad tersebut memerintahkan anggotanya untuk menyerbu Kantor Polisi 8806 Pasirkaliki, Cicendo, Kota Bandung.
Anggota yang diperintahkan oleh dedengkot Komando Jihat itu adalah Salman Hafidz. Dia diminta memimpin 13 jamaah menyerbu kantor polisi yang tak jauh dari Stasiun Bandung itu.
Saat itu sudah lewat tengah malam. Hanya ada 4 polisi yang berjaga di kantor Polsek tersebut. Dengan cepat anak buah Salman Hafidz mengendalikan situasi.
BACA JUGA:Sekda Jabar Setiawan Serahkan Ventilator Pada 13 RSUD di Jawa Barat
Keempat polisi itu dihujani peluru oleh kelompok Salman. Peristiwa berdarah pun tak dapat dihindari dan menggemparkan dunia.
Setelahnya, polisi pun kerja cepat. Mereka menyelidiki dan menangkap sejumlah anggota Jamaah Imran. Tersangka utama penyerbuan tersebut.
Bukan itu saja. Para jamaah itu terancam dieksekusi sebagai teroris. Namun, Imran tidak terima. Ia pun merencanakan penyerbuan lain untuk membebaskan anggota-anggotanya.
Kali ini bukan kantor polisi lagi yang bakal disasar. Ia memerintahkan anggotanya yang lain, Mahrizal, untuk membajak sebuah pesawat.
Sementara itu, di Palembang, Sumatera Selatan pada 28 Maret 1981, pilot Herman Rante (38) bersiap untuk menerbangkan pesawatnya: Garuda Indonesia DC-9 dengan nomor penerbangan 206.
Pesawat yang disebut "Woyla" itu sebenarnya bertujuan ke Medan dari Jakarta. Namun Herman harus mampir di Palembang untuk transit.
Usai transit, penumpang pesawat bertambah jadi 48 orang. Sekitar pukul 10.00 WIB, kegaduhan tiba-tiba terdengar. Dua pramugari pesawat, yakni Deliyanti dan Lydia, jatuh setelah mereka ditabrak orang.
Awalnya, Herman belum curiga. Ia fokus menerbangkan pesawatnya.
BACA JUGA: Usul Ubah Panti Jompo Jadi Pesantren Lansia
Ternyata yang menabrak Deliyanti dan Lydia dengan kasar adalah Abu Sofyan. Sebelum kedua pramugari itu bisa menenangkan diri, seorang pria berbadan kekar muncul di antara mereka dan Sofyan. Pria itu bernama Zulfikar.