Dan, Izza Annafisah Dania (Wakil Koordinator Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup PP Fatayat NU).
Menurut Gus Yahya, mereka berangkat ke Israel memang dikonsolidasi. Program kelima orang pemuda itu hanya sekedar pertemuan intervene.
"Jadi memang ada yang mendekati mereka satu persatu untuk diajak berangkat. Dan memang mereka disana programnya adalah sekadar pertemuan-pertemuan intervene dialog disana dengan berbagai pihak," tuturnya.
Lanjut Gus Yahya, sejatinya mereka di Israel tidak ada agenda pertemuan dengan Presiden. Namun, momen tersebut terjadi secara mendadak dan spontan.
BACA JUGA:Mantap Calonkan Diri jadi Bupati, Sekda Majalengka Diisi Asda I
"Saya kira ini karena masalah ketidaktahuan teman-teman ini tentang konstelasi peta dan sebagainya. Karena ya mungkin belum cukup umur atau bagaimana ya jadi hasilnya beda seperti yg diharapkan," imbuhnya.
Gus Yahya menambahkan, bahwa hal ini merupakan akibat dari tidak sensitifnya pihak-pihak yang mencoba melakukan persetujuan.
"Dan ini akan banyak sekali yang akan berupaya untuk menyeret NU ke berbagai agenda politik internasional itu akan banyak sekali."
"Itu sudah kita perhitungkan sejak awal makanya kita siapkan satu set aturan yang bisa mencegah ini," tukasnya.
Gus Yahya menyampaikan, kunjungan lima orang tersebut adalah buah dari ketidakpahaman situasi politik di Israel-Palestina.
BACA JUGA:Diikuti 250 Anak, bank bjb Gelar Gelar Khitanan Massal
Gus Yahya juga menilai lima orang itu 'belum cukup umur' sehingga keberangkatan mereka ke sana tidak menghasilkan apa-apa.
"Akibat tidak sensitifnya pihak-pihak yang mencoba melakukan pendekatan, dan ini akan banyak sekali berupaya untuk menyeret NU ke berbagai agenda politik internasional. Dan ini sudah kita pertimbangkan sejak awal, kita menyusun satu set aturan untuk mencegah hal ini," jelasnya.
Gus Yahya juga meminta agar setiap kader dapat mewaspadai kejadian serupa. "Kepada semua kader dan warga, juga minta untuk berhati-hati dalam hal ini. Saya kira itu ya," singkatnya.
Soal sanksi, Gus Yahya mengatakan akan menyerahkan kepada tiap-tiap ketua yang menaungi kelima kader tersebut.
Seperti Zainul Ma'arif yang merupakan salah satu dosen Universitas Islam Indonesia (Unusia).