RADARCIREBON.COM - Efek larangan study tour oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menjadikan sektor pariwisata seperti terkena pandemi covid jilid 2.
Banyaknya perjalanan wisata yang dibatalkan imbas larangan tersebut, beberapa pihak mengaku mengalami kerugian besar.
Tidak hanya biro perjalanan atau jasa travel, pihak lain seperti hotel, restoran dan tempat wisata, mengalami hal serupa akibat kebijakan dari Kang Dedi Mulyadi (KDM) ini.
Menurut Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Industri Tour & Travel (GAPITT) Ciayumajakuning, Nana Yohana SSos, sektor pariwisata seperti terkena pandemo covid yang kedua kali.
BACA JUGA:Jalin Silaturahmi, ABUJAPI Ciayumajakjning Gelar Buka Bersama
"Itu yang kita khawatirkan. Kita sudah traumatik dengan kejadian covid kemarin. Pada saat terjadi covid kita hancur, sangat parah dunia pariwisata. Kita tiarap sampai 3 tahun," ucap Nana dikutip radarcirebon.com dari tayangan Youtube RRI Cirebon, Selasa 11 Maret 2025.
Dijelaskan Nana, pihaknya meminta larangan study tour untuk ditinjau kembali, karena dampaknya merembet kemana-mana.
Kunjungan wisata di beberapa destinasi yang tengah menggeliat, jangan sampai kembali terpuruk akibat larangan tersebut.
"Jangan sampai ini terulang," tegasnya.
BACA JUGA:Temukan 240 PJU Mati Sepanjang Pantura Cirebon, Dishub Berjanji Bakal Perbaiki
Kebijakan dari Gubernur Jawa Barat ini, sudah ada yang melaksanakan. Banyak pihak sekolah yang membatalkan acara study tour ke beberapa tempat wisata.
Namun begitu, Nana bersikukuh agar larangan menggelar karya wisata, tidak dilarang secara mutlak.
Karena menurutnya, ada pendapatan asli daerah (PAD) yang masuk ke wilayah yang menjadi tujuan wisata anak sekolah ini.
Jika hal tersebut tetap diberlakukan lewat surat keputusan, dipastikan banyak daerah yang kehilangan PAD dari sektor pariwisata.
BACA JUGA:Dilantik Siska Gerfianti, Kini Susi Gantini Resmi Menjabat Ketua TP PKK Sumedang