Petani di Cirebon Timur Terancam Gagal Tanam dan Panen, BBWS Lakukan Sejumlah Langkah, Apa Saja?
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, meninjau langsung lokasi paling darurat di daerah hilir yakni Desa Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon. -ISTIMEWA/RADARCIREBON.COM-
“Insiden ini terjadi pada malam hari, dan air besar masuk ke cross drain zaman Belanda, sehingga menyebabkan saluran hidup itu longsor."
"Ini sudah kami tangani dan sedang dalam proses pengecoran. Setelah dicor, dibutuhkan waktu sekitar tujuh hari untuk mengering dan siap dialiri air kembali."
Jadi, perkiraan air bisa kembali mengalir sekitar tanggal 8 atau 9 Mei,” tuturnya, Rabu 30 April 2025.
Meski perbaikan fisik tengah berlangsung, BBWS tidak tinggal diam. Dwi Agus mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat untuk melakukan langkah-langkah strategis guna menyelamatkan lahan Pertanian yang terancam kekeringan.
“Saat ini kami juga menyiapkan pompa untuk mengalirkan air dari sungai ke sawah-sawah yang masih bisa dijangkau."
BACA JUGA:Pelaku Dugaan Curas di Kajilaga Berbekal Aneka Jenis Senjata Api Rakitan, Ini Daftarnya
BACA JUGA:Pelaku Dugaan Curas Ditangkap, Polisi Amankan Sejumlah Barang Bukti
"Sementara untuk daerah yang jauh dari sungai, kami lakukan pengeboran air tanah. Satu lokasi sudah kami laksanakan pemboran, dan berikutnya akan menyusul lokasi kedua,” jelasnya.
Langkah darurat ini disebut sebagai pertolongan pertama bagi petani, khususnya yang sawahnya sudah dalam tahap pembenihan atau penanaman.
BBWS dan Dinas Pertanian sepakat untuk memprioritaskan sawah-sawah tersebut agar tanaman tidak mati kekeringan.
“Yang kami prioritaskan adalah sawah yang sudah dibenihi dan ditanami. Ini demi menyelamatkan lahan pertanian,” tambah Dwi.
Pihak BBWS menyadari bahwa kapasitas air dari sumur bor (pantek) memang tidak maksimal untuk menyuplai seluruh lahan sawah.
BACA JUGA:Jadi Ketua KPTR Sakarosa Srikandi, H Lili Siap Beri Pelayanan ke Petani Tebu
Namun, langkah ini dinilai penting untuk mencegah gagal panen massal, terutama di musim tanam yang sedang berlangsung saat ini.
“Kami berharap, dalam dua minggu ke depan, kondisi bisa mulai normal kembali. Tapi selama masa itu, kami akan terus memantau dan melakukan langkah-langkah darurat yang diperlukan,” pungkas Dwi Agus. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: reportase


