Penataan Kawasan Trusmi: Menuju Destinasi Unggulan Tanpa Kehilangan Identitas Budaya
Kawasan Trusmi akan dijadikan sebagai ikon wisata daerah. Ketua DPRD mengingatkan dalam penataan tidak mengabaikan budaya lokal. -SENO DWI PRIYANTO-radarcirebon
CIREBON, RADARCIREBON.COM - Penataan Kawasan Trusmi sebagai destinasi wisata unggulan terus digencarkan Pemerintah Kabupaten Cirebon. Tujuannya, menjadikan Trusmi lebih tertib, bersih, dan nyaman, baik bagi wisatawan maupun warga lokal.
Namun, di balik semangat penataan, muncul harapan, tidak melupakan budaya lokal, yang lama melekat di Kawasan Trusmi. Salah satunya menjaga keberlangsungan perajin batik.
Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Dr. Sophi Zulfia SH MH, menegaskan pentingnya menjaga keberlangsungan perajin batik tradisional dalam proses penataan kawasan.
“Dalam agenda penataan Kawasan Trusmi, perajin batik tradisional tidak boleh luput dari perhatian. Jangan sampai penataan membuat perajin batik punah,” ujar Sophi kepada Radar Cirebon, Jumat (18/7).
Ia menekankan, penataan kawasan harus dibarengi dengan agenda regenerasi perajin batik serta strategi promosi yang mampu menarik wisatawan.
Menurutnya, pengembangan Trusmi tak sekadar soal infrastruktur, tapi juga bagaimana budaya dan sejarah tetap menjadi ruh utama kawasan tersebut.
“Ada beberapa jalur mobilitas yang bisa dimanfaatkan, seperti jalur perhentian KAI di Stasiun Cangkring. Ini bisa menjadi akses pendukung bagi wisatawan,” terangnya.
Selain itu, Sophi juga menyoroti potensi lain yang bisa dioptimalkan untuk memperkaya daya tarik wisata Trusmi, seperti kawasan pabrik gula dan Makam Ki Buyut Gede Trusmi.
“Keduanya memiliki nilai historis dan kultural yang tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Cirebon H Agus Kurniawan Budiman menegaskan, pemerintah daerah memang tengah fokus memperkuat Kawasan Trusmi sebagai salah satu ikon wisata daerah. Proses penataan pun kini terus dipercepat.
“Kami melakukan relokasi pedagang, penyediaan fasilitas dasar, rekayasa lalu lintas, hingga penataan area parkir. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung,” jelas pria yang akrab disapa Jigus itu.
Jigus menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk merangkul semua pihak dalam proses penataan, agar tidak ada yang merasa dirugikan.
“Kami ingin memfasilitasi semua elemen, mulai dari pengusaha batik, pedagang, hingga masyarakat sekitar. Prinsipnya, pengembangan kawasan harus inklusif,” tandasnya.
Jigus mengakui penataan kawasan Trusmi bukanlah pekerjaan instan. Dibutuhkan proses bertahap dan kolaborasi semua pihak agar Trusmi benar-benar menjadi destinasi wisata unggulan yang membanggakan tanpa kehilangan identitas budaya lokal. (sam)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


