Inilah Alasan Keraton Kanoman Menutup Komplek Makam Sunan Gunung Jati Terhadap Raharjo Djali

"Kewenangan izin ziarah, maupun izin kubur di komplek Makam Sunan Gunung Jati terpusat di Keraton Kanoman Cirebon. Kalau ada mandat dari Sultan Kanoman dan diberi izin, ya kami ikuti perintah Sultan," jelasnya.

BACA JUGA:WAJIB COBA, Warung Swike Paling Legend di Cirebon, Cita Rasa Otentik Sejak 1964

Dia menegaskan, pihak Keraton Kanoman juga akan melakukan mencopot poster, spanduk maupun baligho apapun yang mengatasnamakan Sultan Kasepuhan.

"Ya siapa pun dia, termasuk Raharjo Djali yang memasang spanduk atau bentuk apapun di komplek makam Sunan Gunung Jati akan kami copot paksa kalau mengatasnamakan dirinya sebagai Sultan Kasepuhan."

BACA JUGA:Kondisi SDN Tundagan Kuningan Rusak Parah, Pengajuan Perbaikan Belum ada Realisasi

"Spanduk ucapan Idul Fitri milik Rahardjo Djali memang kami yang copot karena dia mengatasnamakan Sultan Keraton Kasepuhan dan tidak ada izin," tegasnya.

Terkait ancaman Raharjo Djali akan melapor ke polisi, Ratu Mawar tidak mempermasalahkan hal tersebut. 

"Silahkan laporkan, karena semua orang punya hak untuk itu (melapor). Sejauh konflik perebutan tahta, dan pembuktian nasab masih belum selesai, bahkan belum ada keputusan hukum tetap terkait konflik di Keraton Kasepuhan, ya kami tetap bersikap seperti ini," ucapnya.

BACA JUGA:Estimasi Biaya Jasa Servis Rutin Motor Matik Honda di Bengkel AHASS

Menurut Ratu Mawar, untuk menjadi seorang sultan atau raja di Keraton Cirebon harus menempuh mekanisme.

Tentunya harus dari keturunan atau trah garis lurus Sunan Gunung Jati dari garis laki-laki bukan perempuan.

"Keturunan langsung Sunan Gunung Jati dari Keraton Kasepuhan Cirebon terputus di sultan ke 5 yaitu Pangeran Matangaji," tuturnya. (rdh)

Sumber: reportase