Syekh Al Zaytun Panji Gumilang: Wahai Lelaki, Menarilah, Jangan Ngeres!

Syekh Al Zaytun Panji Gumilang: Wahai Lelaki, Menarilah, Jangan Ngeres!

Pendiri Mahad Al Zaytun, Syekh Panji Gumilang.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Pandangan kebanyakan orang, menari langsung didefinisikan sebagai kegiatan berkesenian yang dikhususkan untuk kaum perempuan.

Jika ada lelaki yang terlibat di dalam kegiatan menari akan dicap memiliki sisi feminin. Atau laki-laki yang lebih bersifat "kewanitaan". Lelaki yang hilang maskulinnya. 

Karena menari memang diidentikkan dengan gerak gemulai. Yang lebih pantas dilakukan oleh kaum perempuan.

Stigma atau ciri negatif yang melekat di masyarakat, bahwa lelaki yang menari itu gemulai dan tidak pantas. Stigma itu muncul mungkin karena minimnya referensi masyarakat tentang seni tari.

BACA JUGA:Syekh Panji Gumilang Bongkar Rahasia Kekakayaan Al Zaytun Capai Lebih Rp 10 Triliun, Oh Ternyata Ini

Sehingga kebanyakan orang tua tidak menyukai, bahkan melarang, bila anak laki-lakinya mengikuti kegiatan seni tari. Apalagi khususnya seni tari tradisional. Orang tua khawatir sang anak akan berperilaku gemulai, seperti perempuan.

Pandangan inilah yang menyebabkan seni tari tradisional kurang diminati oleh kaum lelaki. Padahal, dalam seni tari tradisi, yang dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan, memiliki gerakan yang berbeda.

Tetap menampilkan sisi maskulin pada penari laki-laki. Dan sisi feminin pada penari perempuan.

Kondisi seperti ini juga yang dialami oleh Ponpes Al Zaytun Indramayu. Banyak santri laki-laki yang enggan mengikuti kegiatan menari.

BACA JUGA:Ada Hambatan, Manajer Timnas Sampai Kesal ke Pemain Jelang Lawan Palestina: 'Saya Prihatin'

Hal itu pula yang membuat keprihatinan Dra Ita Puruhitari. Dia adalah guru tari di Mahad Al-Zaytun. Pusat pendidikan yang berspiritkan pesantren, namun dikelola secara modern.

Kelas tari tradisional yang dibimbingnya, pada mulanya hanya diikuti oleh para santri atau pelajar perempuan saja.

Hal ini seperti yang ditulis aktivis civitas Al Zaytun Latief WeHa melalui media sosial Facebook. Latief memang sangat aktif mengunggah banyak konten soal pondok yang dipimpin oleh Syekh Panji Gumilang ini.

Namun seiring banyaknya pemahaman tentang seni yang terus disampaikan kepada para santri, menurut Latief, sudah mengalami perubahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: