Densus 88 Polri Bongkar Sosok Panji Gumilang dan Pondok Pesantren Al Zaytun

Densus 88 Polri Bongkar Sosok Panji Gumilang dan Pondok Pesantren Al Zaytun

Kasubdit Kontra Radikal Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Budi Novijanto menjelaskan afiliasi Al Zaytun dengan NII KW9 dalam sebuah seminar dengan topik “Dibalik Polemik Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu”yang diselenggarakan oleh BEM UNUSIA yang juga di-Tangkapan layar-

JAKARTA, RADARCIREBON.COM – Pernyataan mengenai adanya  afiliasi antara Al Zaytun dengan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9) kembali mengemuka.

Dalam sebuah seminar dengan topik “Dibalik Polemik Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu”yang diselenggarakan oleh BEM UNUSIA yang juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Padasuka TV pada Senin 19 Juni 2023.

BACA JUGA:Waduk Cipanduh Mulai Menyusut, Petani Kerahkan Segala Kemampuan untuk Mengairi Tanaman Padi

Kasubdit Kontra Radikal Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Budi Novijanto menjelaskan bahwa dari hasil pengakuan eks NII KW 9, ditemukan adanya hubungan Al Zaytun dengan NII KW 9.

Bahkan, lanjut Budi, dari pengakuan dari Eks Ketua NII KW 9 mengungkapkan bahwa figur Panji Gumilang sebagai pimpinan Al Zaytun juga adalah pimpinan NII KW 9.

BACA JUGA:Salip-salipan Berujung Pemukulan dan Perusakan Mobil di Gronggong Cirebon, Pelaku Bawa Dongkrak

AKBP Budi juga menjelaskan, dalam ajaran yang dipraktikkan NII KW 9 di antaranya adalah memobilisasi dana dengan mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan.

Selain itu, pada ajaran NII KW 9 ditemukan adanya penafsiran ayat-ayat Alquran yang menyimpang serta paham takfiri atau menghukumi kafir kelompok-kelompok di luar NII KW 9. 

"NII pernah dipimpin Abdullah Sungkar pada 1993 yang kemudian membentuk Jamaah Islamiyah (JI)," kata Budi.

BACA JUGA:Bangun Ekosistem Inovasi untuk Dunia Pendidikan, Kemendibudristek Bakal Gandeng Kampus Terkeren di Dunia

"Belakangan JI justru membangun afiliasi internasional dengan organisasi militan yang memiliki tujuan global," sambugnya.

Menurut Budi, langkah JI tersebut sedikit berbeda dengan NII yang masih kukuh dengan tujuannya pada tingkat nasional.

"Setelah Abdullah Sungkar meninggal, para pengikutnya berafiliasi dengan kelompok jihad luar negeri dan memilih melakukan teror melawan Amerika Serikat dan sekutunya," jelasnya.

BACA JUGA:Wali Santri Ungkap Kesaksian Al Zaytun Didemo Berjilid-jilid: Saya Harus Jujur Akui...

Dalam perjalanannya, anggota-anggota JI yang telah bergabung dengan organisasi militan internasional merekrut aktivis-aktivis NII lainnya yang memiliki pemikiran serupa.

"Di sini kita lihat bahwa pelaku teror berasal dari akar yang sama yaitu intoleransi. Kemudian juga NII pragmatis atau NII KW 9 itu tidak menggunakan cara teror yang melaksanakan aksinya seperti disebut tadi (tidak seperti JI).

"Namun yang dilakukan Panji Gumilang adalah menyuburkan perekrutan calon-calon teroris dengan meletakan dasar-dasar militansi serta kebencian kepada NKRI," imbuhnya.

BACA JUGA:Wali Santri Ungkap Kesaksian Al Zaytun Didemo Berjilid-jilid: Saya Harus Jujur Akui...

Budi menilai, bahwa orang-orang yang bergabung di Al Zaytun dapat berpotensi bergabung atau direkrut oleh gerakan atau kelompok-kelompok teror.

"Untuk itu perlu segera pengawasan dan penyadaran kepada orang-orang yang bergabung di Al Zaytun," ujarnya.

Budi Khawatir, jika tidak adanya penyadaran dan pengawasan orang-orang tersebut akan membentuk kelompok baru dengan nama berbeda namun memiliki tujuan yang sama.

BACA JUGA:9 Partai Politik di Majalengka Dapat Bantuan Hibah, Rp 3Ribu Persuara

"Karena jelas targetnya untuk membentuk negara Islam. Yang pasti akan merongrong kedaulatan NKRI," tegasnya.

"Mereka juga akan mengambil pemuda-pemuda lain yang kehilangan pekerjaan," pungkasnya.

Menanggapai hal itu, ASE Iskandar, salah seorang koordinator wilayah Al-Zaytun, membantah tuduhan sejumlah kalangan yang menyebut Al-Zaytun sebagai pusat kegiatan NII.

BACA JUGA:Wagub Uu Jenguk NR, Siswi SMK di Ciamis Jadi Korban Tindak Kekerasan Orang Tak Dikenal

"Al-Zaytun adalah murni lembaga pendidikan. Nah, NII sejak 1962 dinyatakan tidak ada. Jadi, tidak etis mengkaitkan Al-Zaytun dengan NII," kata Iskandar.

"Saya masih aktif di pusat pendidikan ini dan bisa saya tegaskan tidak ada pusat pemerintahan (NII) di Al-Zaytun," pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase