Pemanis Buatan Aspartam Bakal Dinyatakan Sebagai Pemicu Kanker, Kalangan Industri Makanan Dunia Protes
Aspartam-Pixabay-
BACA JUGA:Inspektorat Jabar Tuntaskan Aduan Kasus Pungli PPDB 2022, Inilah Langkah Preventif di 2023
"Medan elektromagnetik radiofrekuensi" dalam penggunaan ponsel "mungkin menyebabkan kanker", seperti halnya aspartam.
Klasifikasi itu berarti ada bukti terbatas bahwa keduanya bisa menyebabkan kanker pada manusia, ada bukti yang cukup pada hewan, atau bukti kuat tentang karakteristiknya.
Kelompok terakhir, yaitu "tidak bisa diklasifikasikan", tidak memiliki cukup bukti.
BACA JUGA:Tabung Gas 13 Kg Meledak Hancurkan Sebuah Rumah di Cengkareng Sebelum Sholat Id Dimulai
"IARC bukan badan keamanan pangan dan tinjauan mereka tentang aspartam tidak lengkap secara ilmiah dan didasarkan pada penelitian yang dikritik secara luas," kata Frances Hunt-Wood, sekretaris jenderal Asosiasi Pemanis Buatan Internasional (ISA).
Asosiasi yang di antara anggotanya termasuk anak perusahaan Coca-Cola, Mars Wrigley, dan Cargill itu mengaku memiliki "kekhawatiran serius terhadap tinjauan IARC, yang dapat menyesatkan konsumen".
Direktur pelaksana Dewan Internasional Asosiasi Minuman Kate Loatman mengatakan otoritas kesehatan masyarakat seharusnya "sangat prihatin" terhadap "opini yang bocor" itu.
Dia juga memperingatkan bahwa hal itu "dapat menyesatkan konsumen untuk mengonsumsi gula lebih banyak lagi daripada memilih opsi tanpa gula atau rendah gula yang aman."
BACA JUGA:Hore! Pesawat Kedua C-130J Super Hercules Pesanan Kemenhan Tiba di Jakarta
Aspartam telah diteliti secara meluas selama bertahun-tahun. Pada 2022, sebuah studi observasional di Prancis yang melibatkan 100.000 orang dewasa menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi lebih banyak pemanis buatan, termasuk aspartam, memiliki risiko kanker sedikit lebih tinggi.
Studi itu diikuti oleh sebuah penelitian oleh Ramazzini Institute di Italia pada awal 2000-an, yang melaporkan bahwa beberapa jenis kanker pada tikus dan mencit terkait dengan aspartam.
Namun, studi di Prancis itu tidak dapat membuktikan bahwa aspartam meningkatkan risiko kanker, dan penelitian di Italia telah dipertanyakan, termasuk oleh EFSA yang mengevaluasinya, terkait metodologi yang digunakan.
Aspartam diizinkan untuk digunakan secara global oleh regulator yang telah meninjau semua bukti yang tersedia.
Para pemain besar di bisnis makanan dan minuman telah mempertahankan penggunaan bahan tersebut selama beberapa dekade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: reportase