Syekh Panji Gumilang Cerita Pendirian Mahad Al Zaytun, Tidak Satu Kata pun Menyebut NII, Silakan Dibaca

Syekh Panji Gumilang Cerita Pendirian Mahad Al Zaytun, Tidak Satu Kata pun Menyebut NII, Silakan Dibaca

Syekh Panji Gumilang menceritakan pendirian Mahad Al Zaytun, pasca Menko Polhukam mengungkap mengenai kaitannya dengan NII.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com

BACA JUGA:Al Zaytun ‘Megap-megap’ karena Rekening Diblokir PPATK, Minta Wali Santri Kembali ke Cara Tradisional

Diceritakan syekh, dirinya ingin menjadi pendidik dan memiliki model pendidikan sejak kuliah di UIN sampai dengan selesai. Sampai mendirikan tempat pendidikan Madrasah Darussalam.

Muridnya siswa SD kelas 3 dan 4. Pengajarannya membaca Alquran dan sejarah Islam. "Syekh dulu dipanggil dengan nama Ustadz Salam. Karena nama Abdussalam Rasyidi," kisahnya.

Waktu itu, kata syekh, kemampuan menggali pendanaan dan menetapkan tempat, belum maksimal. Apalagi lokasinya di dekat Jakarta.

"Belum punya modal, kita menggunakan rumah-rumah atau tempat yang dimiliki masyarakat setempat. Namun alhamdulillah berjalan," ungkapnya.

BACA JUGA:Banyak Predator Mengincar Anak dan Perempuan Dewasa di Cirebon, Kapolsek Blusukan ke Sekolah dan Rumah-rumah

Setelah berkeluarga, syekh mengaku mendapat kepercayaan menjadi kepala sekolah di Mathlaul Anwar. Tetapi, ketika itu juga belum bisa mengembangkan secara maksimal.

Tetapi, di situ mendapat pengalaman menjadi kepala sekolah dan mendidik secara langsung di tingkat madrasah aliyah.

Di waktu yang sama, pria bernama lengkah Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang tersebut, mendapatkan kepercayaan dari pimpinan untuk mendirikan pesantren yang maju. 

Akhirnya dimulai untuk membuat pesantren modern Mathlaul Anwar di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

BACA JUGA:Fisika di Balik Nikuba Dibongkar, Benarkah Dikontrak Ferrari hingga Lamborghini?

Usaha tersebut belum sempat diselesaikan, keburu mendapatkan tugas dari Rabithah Al Alam Al Islami ke Malaysia.

“Administrasi penugasan itu, dari Rabithah Al Alam Al Islami di Arab Saudi. Tugas tersebut berjalan selama 10 tahunan,” bebernya.

Yang dilakukan di Malaysia, Panji Gumilang mengaku meneliti pendidikan. Hal ini sesuai dengan cita-cita yakni pendidikan Indonesia dalam lembaga seperti pesantren.

"Di sana, setelah pendidikan menengah itu sudah boarding school. Sehingga tidak nampak anak dari golongan menengah, rendah atau atas," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: