Pedagang Mengaku Diancam
Tetap Boikot Sampai Dirut PD Pasar Datang ke Pasar Perumnas HARJAMUKTI - Sejumlah pedagang Pasar Perumnas merasa diintimidasi oleh Satpam pasar yang mendatangi pedagang untuk menagih retribusi. Seperti diketahui, sudah tiga hari belakangan ini pedagang memboikot setoran retribusi, bahkan setoran retribusi terus menurun dari Rp280 ribu, 160 ribu dan pada Minggu (23/10) setoran retribusi yang berhasil dikumpulkan hanya Rp80 ribu. “Sudah tiga hari saya nggak bayar karcis (retribusi, red), tapi masih ada pedagang yang bayar karcis karena merasa terintimidasi dengan kehadiran satpam,” ujar Nur (36), salah seorang pedagang Pasar Perumnas. Hal senada juga ditambahkan rekannya, Sri Rahayu (46). Dia membenarkan beberapa pedagang yang mengalami intimidasi terpaksa masih membayar, meski pedagang yang berani tetap ngotot untuk tidak membayar retribusi. “Ada yang takut, ditakut-takutin dibilang nantinya bayarnya dobel, nggak boleh dagang,” katanya. Keterangan ini juga dibenarkan pedagang lainnya, Mamat (45). Menurutnya, memang ada sedikit keributan di bagian belakang pasar. Pedagang merasa diancam, petugas menyebut kalau pedagang tidak membayar, maka nantinya harus bayar dobel di kemudian hari dan pedagang juga diancam tidak boleh berjualan di pasar kalau tidak membayar. “Kalau nggak mau bayar (retribusi, red), jangan jualan di pasar,” ujar Mamat, menirukan ucapan juru tagih PD Pasar. Perwakilan Forum Komunikasi Pedagang Pasar Perumnas Aktif (FKPPA), Al Mufitrah menegaskan, sebelum direktur utama PD Pasar turun ke Pasar Perumnas, maka pedagang akan tetap melakukan aksi boikot membayar retribusi. Pihaknya juga menyayangkan cara juru tagih meminta retribusi kepada pedagang. Sebab petugas tidak menunjukkan sopan santun dan itu dirasakan tidak berkenan oleh pedagang, apalagi ada juga pedagang yang merasa terancam. Pantauan Radar di Pasar Perumnas, sejumlah pedagang yang merasa terancam ini akhirnya membuat berita acara yang diserahkan kepada pengurus FKPPA. Berita acara yang berupa tulisan tangan ini berisi pengaduan pedagang terhadap cara penagihan yang tidak sopan dan intimidasi dari juru tagih. Aktivis Fahmina Institut, Erlianus Thahar, menyayangkan cara PD Pasar yang menerjunkan satpam dari beberapa pasar ke Pasar Perumnas untuk menagih setoran retribusi. Sebab, pada hakikatnya retribusi itu baru boleh dipungut setelah adanya pelayanan yang diberikan. Masalahnya untuk Pasar Perumnas, PD Pasar tidak menunjukkan tanggung jawabnya sebagai pengelola pasar. Kemudian, tidak melakukan pemeliharaan dengan baik, apalagi memberikan solusi untuk persoalan yang dihadapi pedagang. “Sekarang pasar seperti ini, tapi PD Pasar tidak berbuat apa-apa,” singgungnya. Sementara itu, Direktur Utama Perusahaan Daerah Pasar, Darwin Windarysah, mengklaim bahwa aksi boikot pembayaran retribusi pasar tidak dilakukan oleh 100 pedagang. Menurutnya, hanya 17 pedagang saja yang tidak membayar retribusi. “Bukan 100 persen, yang lain tetap bayar. Ya 17 orang itu aja yang boikot,” ujar dia, saat dihubungi, Minggu (23/10). Darwin mengaku akan secepatnya melakukan pertemuan dengan pedagang. Meski demikian, pihaknya belum bisa memastikan kapan pertemuan tersebut akan dilaksanakan. Terkait persoalan Ikatan Pedagang Pasar, Darwin juga berjanji akan melaksanakan musyawarah dengan pedagang, sehingga situasinya kembali kondusif. “Mohon doanya saja ya, secepatnya kita akan kembali musyawarah dengan pedagang,” tuturnya, seraya menambahkan dirinya akan turun langsung ke Pasar Perumnas untuk menemui pedagang. Namun hingga kemarin, Darwin masih belum mengungkapkan seperti apa perencanaan PD Pasar untuk renovasi Pasar Perumnas. Pihaknya hanya menyebutkan upaya untuk membuat hubungan antarpedagang kembali harmonis. (yud)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: