Mahasiswa Minta Cirebon Lebih Hijau

Mahasiswa Minta Cirebon Lebih Hijau

CIREBON- Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Gunati Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon menanam pohon, Rabu (22/4). “Ini adalah bentuk kepedulian dalam memperingati Hari Bumi Internasional setelah mencermati kondisi bumi kita yang semakin tergerus dengan peradaban kehidupan manusia,” kata Ketua Umum Mapala Gunati Galih Sinaga melalui Korlap Aksi Peringatan Hari Bumi Internasional Abu Nashor dan Ketua Himakom Jimat Ali Santoso. Abu mengungkapkan, bumi bukan sebuah warisan nenek moyang, melainkan titipan untuk anak cucu kita. Karena titipan, maka wajib menjaga dan melestarikannya. Pada kesempatan tersebut, mahasiswa menanam 150 bibit pohon trembesi di berbagai tempat. Seperti di Jl Terusan Pemuda, Jl Perjuangan, Jl Angkasa, dan Kampus III dan IV Unswagati Cirebon. Selain memperingati Hari Bumi, kegiatan tersebut bertu­juan untuk mengajak masya­rakat berpartisipasi dalam menghi­jaukan lingkungan yang kondi­sinya saat ini sudah sangat mempri­hatinkan. Kerusakan lingku­ngan akibat tangan-tangan manusia sudah tidak diperdulikan lagi. “Penggundulan hutan untuk dijadikan area pemukiman, ladang peternakan dan perkebunan baru. Penebangan pohon di hutan, pembakaran hutan serta berbagai jenis perusakan lainnya dilakukan manusia,” terangnya. Menurut Abu, kerusakan lingkungan memunculkan persoalan baru. Diantaranya menipisnya lapisan ozon dan menumpuknya gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. “Kalau lingkungan sudah seperti itu, maka bumi akan menangis dan butuh diselamatkan,” katanya. Oleh sebab itu, Mapala Gunati mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan. “Bumi segera dihijaukan mulai hari ini serta bertindak ramah lingkungan agar bumi tetap nyaman dihuni oleh umat manusia dan makhluk hidup lainnya,” tandasnya. HARI BUMI JANGAN HANYA SEREMONIAL Sementara itu, puluhan mahasiswa melaksanaklan aksi unjuk rasa menuntut Pemerintah Kota Cirebon untuk segera membuka lahan hijau. Mahasiswa sempat menyandera truk tangki pengangkut gas dan secara bergantian, satu per satu mahasiswa berorasi. Koordinator aksi Noval Fahrizal mengatakan, minimnya lahan terbuka hijau mengakibatkan udara segar di Kota Cirebon berkurang dan terkesan gersang. Menurutnya, ini berbanding terbalik dengan visi dan misi Kota Cirebon yang tertera dalam poin keenam, yakni kreativitas dan pelestarian lingkungan hidup. “Pemerintah kota yang seharusnya bertanggungjawab atas permasalahan ini seakan-akan menutup mata, tanpa memikirkan solusi untuk memecahkan masalah global warming yang sedang kita hadapi saat ini,” bebernya. Tak hanya itu, lanjut Noval, seiring bertambahnya volume kendaraan bermotor juga berdampak kemacetan dimana-mana. Kemudian polusi bertambah karena tersen­datnya laju kendaraan bermo­tor yang menyebabkan pence­maran udara sehingga mengganggu kesehatan masyarakat Kota Cirebon. Ia berharap pemerintah menyediakan ruang terbuka hijau yang cukup di Kota Cirebon. “Ini sesuai dengan UU Nomor 26 tahun 2007 pasal 17 yang memuat bahwa proporsi kawasan hutan 30 persen dari luas daerah aliran sungai. Oleh karena itu, sebagai penduduk Kota Cirebon kami menginginkan hak hidup agar pemerintah mau bekerja untuk menghijaukan kembali dan mengatasi masalah polusi yang disebabkan global warming,” harapnya. Ada tiga tuntutan yang diutarakan dalam aksi unjuk rasa itu, pertama pemerintah segera membuka lahan hijau di Kota Cirebon. Kedua, laksanakan UU 26 tahun 2007 pasal 17. Ketiga, membatasi pertumbuhan kendaraan di Kota Cirebon. (mik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: