Ok
Daya Motor

Sejarah Desa Cilimus Kuningan: Jejak Ki Sacawana Bangsawan Cirebon Membangun Peradaban di Kaki Gunung

Sejarah Desa Cilimus Kuningan: Jejak Ki Sacawana Bangsawan Cirebon Membangun Peradaban di Kaki Gunung

Ilustrasi tidak terkait langsung dengan sejarah dan asal usul Desa Cilimus di Kabupaten Kuningan. -Freepik.com-

BACA JUGA:Sejarah Hotel Ribberink Cirebon: Hotel Mewah Era Kolonial Kini Jadi Lahan Parkir

BACA JUGA:Sejarah Gereja Santo Yusuf Cirebon: Awal Pembangunan dan Jejak Sang Raja Gula

Dalam masa transisi inilah keberadaan Pakuwon Cilimus kembali tercatat sebagai bagian dari wilayah administrasi Kesultanan Kasepuhan Cirebon.

Dalam laporan Residen Cirebon, P.H. Van Der Kemp, yang tertuang dalam Besluit No. 13 tanggal 30 Januari 1818, Pakuwon Cilimus berada di bawah wilayah Kabupatian Linggajati, berdampingan dengan Kuningan.

Pada masa itu wilayah ini turut terdampak pergolakan besar yang melanda Cirebon dan daerah sekitarnya.

Peristiwa yang paling mencolok adalah Perang Kedondong, sebuah pemberontakan besar yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Ki Bagus Rangin dan Ki Bagus Serit.

BACA JUGA:Pilihan Mobil Listrik Rp 300 Jutaan Terbaru 2025, Cek Spesifikasi dan Harga OTR

BACA JUGA:Daftar Mobil Listrik Bekas Termurah 2025: Mulai Rp90 Jutaan, Cocok untuk Pemula

Pemberontakan ini menjadi kelanjutan dari perjuangan panjang yang sebelumnya dipimpin Pangeran Suryanegara sejak pertengahan abad ke-18.

Kondisi politik yang tidak stabil ini ikut memengaruhi dinamika pemerintahan lokal, termasuk Pakuwon Cilimus, yang menjadi bagian dari wilayah kontrol Kesultanan namun juga berada dalam pantauan ketat kolonial Belanda.

Lahirnya Pangeran Adiredja Martakusumah

Di tengah kekacauan tersebut, pada tahun 1811 lahir seorang bayi bernama Pangeran Adiredja Martakusumah di Mertasinga.

Ia berasal dari garis keturunan bangsawan Cirebon. Ayahnya adalah Pangeran Lubang Suryakusuma, putra Pangeran Suryanegara II, sementara ibunya bernama Nyi Mas Sri Murti Wulandari.

Sejak muda, Pangeran Adiredja dikenal gemar menuntut ilmu, terutama ilmu kedigjayaan. Ia bahkan menguasai ilmu rawe rontek, salah satu ilmu kesaktian tingkat tinggi pada masa itu.

Selain ilmu lahiriah, ia juga dididik dalam ilmu agama serta kerasnya ilmu batin melalui gemblengan ayahnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: