Perjalanan Panjang Para Penista Agama, Tak Ada yang Lolos Jeratan Hukum, Kode Keras untuk Panji Gumilang

Perjalanan Panjang Para Penista Agama, Tak Ada yang Lolos Jeratan Hukum, Kode Keras untuk Panji Gumilang

Kasus penistaan agama kini menimpa Panji Gumilang. -Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com

BACA JUGA:Bentuk Tim Khusus, Disdik Jabar Dalami Dugaan Pemalsuan Data Peserta PPDB 2023

Tabloid Monitor membuat heboh pada edisi 15 Oktober 1990. Monitor menyiarkan hasil angket pembaca. Angket ini memilih tokoh yang mereka kagumi melalui kartu pos.

Monitor mengumumkan angket pembaca di rubrik Kagum. Presiden Soeharto berada di urutan teratas dengan 5.003 pengagum yang mengirim kartu pos.

Kemudian Menristek BJ Habibie ketika itu dengan 2.975 pengagum, Mantan Presiden Sukarno dengan 2.662 pengagum dan Iwan Fals dengan 2.431 pengagum.

Untuk ranking 5 sampai 10 diisi Zainudin MZ, Try Sutrisno, Saddam Husein, Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut dan Arswendo sendiri. Dia selaku pemimpin redaksi menempati tabloid itu di posisi 10 dengan 797 pengagum.

BACA JUGA:Perintah Mahfud MD: Bareskrim Polri Percepat Proses Hukum Kasus Pidana Umum dan Khusus Panji Gumilang

Yang menjadi persoalan adalah dalam angket tersebut Nabi Muhammad SAW hanya menempati posisi ke-11 dengan 616 kartu pos pengagum. Nabi Muhammad kalah populer dibandingkan Zainuddin MZ, Soeharto, Saddam Husein, Soekarno, bahkan Arswendo sendiri.

Kecaman bermunculan di mana-mana. Bahkan surat kabar Adil nomor 11 th 59 Oktober II/1990 menampilkan wajah Arswendo. Di bawah judul artikel: "Penghinaan terhadap Islam: Di balik Angket Monitor".

Pada edisi Senin 22 Oktober 1990, Monitor memajang permintaan maaf. Namun kemarahan umat tidak bisa dibendung.

Ketua Umum Nahdlatul Ulama ketika itu, Abdurrahman Wahid, mengatakan bahwa wibawa Nabi Muhammad tidak akan berkurang hanya karena kasus Monitor. 

BACA JUGA:3 Hari Ditahan di Rutan Bareskrim Polri, Kuasa Hukum Sampaikan Kesehatan Panji Gumilang

Lagi-lagi, ungakapan itu tetap saja tidak bisa meredakan amarah umat. Seruan Gus Dur cukuplah Monitor diboikot. Caranya dengan tidak membeli atau berlangganan tabloid itu. Namun seruan itu juga tidak cukup meredakan persoalan.

Tokoh-tokoh yang pada masa itu dianggap moderat pun cenderung tidak membela Arswendo.

Tokoh Muhammadiyah, Amien Rais, misalnya menuding Monitor telah memberi pukulan serius yang menghina umat Islam. 

Bahkan Nurcholis Madjid sangat gusar dengan polling itu. “Saya merasa disepelekan betul!” kata Cak Nur, ketika itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: