Petrus, Kisah Kelam Orde Baru, Bertato Saja Sudah Cukup Jadi Alasan Dihabisi Nyawanya

Petrus, Kisah Kelam Orde Baru, Bertato Saja Sudah Cukup Jadi Alasan Dihabisi Nyawanya

Petrus salah satu kisah kelam di Pemerintahan Orde Baru.-Joko Anwar/Twitter/Ist-radarcirebon.com

BACA JUGA:Jangan Tarik Tunai, Paylater BCA Ditutup Otomatis, Nah Loh!

Hubungan yang dibangun antara elite dengan para preman pun bergerak lebih jauh dari sekadar bisnis.

Preman pun digunakan sebagai kelompok-kelompok milisi yang diberdayakan pada saat musim kampanye Pemilu tiba. 

Insiden itu dikenal sebagai peristiwa Lapangan Banteng. Sejumlah korban berjatuhan. Beberapa orang ditangkap atas tuduhan mengacau.

“Saya memakai jaket kuning, dalamnya kaos hijau,” kenang Bathi Mulyono.

BACA JUGA:Tuvalu, Negara di Pasifik yang GDP-nya Sangat Bergantung pada Internet, Kok Bisa?

Tapi Bathi dan kawan-kawan tak tersentuh. Ali Moertopo dituduh berada di belakang peristiwa itu dan tak beberapa lama kemudian Soeharto “membuangnya”.

Ian Wilson dalam tulisannya “The Rise and Fall of Political Gangster” pada buku Problems of Democratisation in Indonesia: Elections, Institutions and Society (2010: 201) mengatakan kalau keterlibatan preman di dunia politik berakar jauh dalam sejarah. 

Jenderal Nasution pun pernah menggunakan jasa mereka untuk menekan Presiden Sukarno membubarkan parlemen. Sementara itu Robert Cribb menyuguhkan fakta tentang keterlibatan bandit dalam politik dimulai sejak zaman revolusi kemerdekaan.

Pada zaman Petrus, ternyata afinitas politik belum tentu bisa menjamin keselamatan seorang preman. Tokoh sekaliber Bathi pun tetap jadi incaran eksekutor. 

BACA JUGA:Wajib Tahu! Paylater BCA Bisa Diblokir Loh Bila Terjadi 6 Hal Ini

Sejumlah pentolan organisasi preman pun dicokok dan dihabisi nyawanya tanpa pernah ada yang tahu keberadaan mayatnya. Tokoh-tokoh Prem’s yang juga jaringan Fajar Menyingsing telah lebih dulu dihabisi, antara lain Eddy Menpor dan Agus TGW. 

Mayat mereka tak pernah ditemukan dan keluarga yang ditinggalkan pun tak tahu harus mencari dan mengadu kepada siapa. Pada 10 Juli 1983 halaman Minggu koran Merdeka secara khusus memberitakan tentang derita yang dialami oleh istri kedua pentolan preman Jakarta itu.

Cerita kelam ini bermula ketika Letkol M Hasbi, Komandan Kodim di Yogyakarta melancarkan Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK). Operasi yang diklaim hanya bertujuan mendata para pelaku kriminal. 

Namun apa yang dilakukan oleh M Hasbi di Yogyakarta lebih dari sekadar mencatat. Eksekutor operasi tak segan menembak mati siapa saja yang mereka anggap sebagai gali (gabungan anak liar).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: