Petrus, Kisah Kelam Orde Baru, Bertato Saja Sudah Cukup Jadi Alasan Dihabisi Nyawanya

Petrus, Kisah Kelam Orde Baru, Bertato Saja Sudah Cukup Jadi Alasan Dihabisi Nyawanya

Petrus salah satu kisah kelam di Pemerintahan Orde Baru.-Joko Anwar/Twitter/Ist-radarcirebon.com

BACA JUGA:Simulasi KTA BCA, Bunga 1 Persen Flat per Bulan, Limit sampai dengan 100 Juta Rupiah, Dana Cepat Cair!

LB Moerdani, panglima yang disebut-sebut sebagai salah satu desainer operasi Petrus itu mengatakan kalau peristiwa itu dipicu oleh perang antargenk. Benny berdalih pembunuhan-pembunuhan itu tak melibatkan tangan ABRI. 

Sementara itu Soeharto dalam otobiografinya, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, punya dalih lain. Dia menuturkan kalau Petrus ditujukan sebagai usaha mencegah kejahatan seefektif mungkin dengan harapan menimbulkan efek jera.

“Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment, tindakan yang tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan,” ungkap Seoharto ketika itu. 

“Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak,” jelasnya lagi.

BACA JUGA:Komisi I DPRD Perjuangkan Nasib Tujuh Perangkat Desa Nonjob,Opang Tuding Camat Losari-DPMD Lepas Tanggungjawab

“Karena melawan, maka mereka ditembak. Lalu mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Supaya, orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya,” kata Soeharto kepada Ramadhan KH.

Setelah saling-silang pendapat di masyarakat dan tekanan dunia internasional, akhirnya pemerintah Orde Baru menghentikan sama sekali operasi tersebut pada 1985. 

Sejak dimulai pada pengujung 1982 sampai dengan berakhir ada sekira seribu lebih korban tewas. Berdasarkan data Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), puncak tertinggi korban petrus terjadi pada 1983 dengan jumlah 781 orang tewas. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: