Konflik Antar-suku jadi Penyebab Orang-orang Tionghoa Tinggalkan Negerinya, Pindah ke Indonesia

Konflik Antar-suku jadi Penyebab Orang-orang Tionghoa Tinggalkan Negerinya, Pindah ke Indonesia

Kampung dan permukiman Suku Hakka di Tiongkok. -istimewa-radarcirebon.com

BACA JUGA:Apakah Metode Parenting Zaman Sekarang Kebanyakan Teori dan Jadi Lembek kepada Anak?

Untuk menghindari serangan dari Taiwan, Kaisar Qing memerintahkan seluruh wilayah pantai hingga 30 kilometer ke daratan, tak boleh dihuni. Semua rumah dihancurkan dan penduduknya dipaksa pindah.

Qing akhirnya menguasai Taiwan dan sekarang bingung karena wilayah pantai kosong penduduk. Jadi mereka meminta warga setempat kembali ke wilayah pantai.

Tapi masih banyak yang kosong, mereka memberi insentif bagi warga yang mau pindah ke wilayah dekat pantai. Nah suku Hakka memanfaatkan kesempatan itu dengan semangat pindah ke selatan.

Tapi di selatan, wilayah yang bagus (tanahnya datar, air gampang sehingga bagus buat sawah) sudah dikuasai warga yang lama. Akhirnya orang Hakka banyak yang hanya menjadi buruh sawah dan dibelit hutang tujuh turunan karena miskinnya.

BACA JUGA:Potret Ratusan Sepeda Listrik Hangus Terbakar Usai Kebakaran Gudang Toko Sepeda Planet Bike Cirebon

Kehidupan orang Hakka dan suku-suku pribumi ini begitu terpisah sehingga pernikahan dua suku ini sangat jarang meski berdekatan.

Gesekan antarsuku menjadi besar, setelah terjadi Pemberontakan Taiping. Pemberontakan ini dipimpin oleh seorang Hakka, Hong Xiuquan.

Bersamaan dengan Taiping, ada pemberontakan lain di selatan, dari kelompok Triad, bernama pemberontakan Ikat Kepala Merah.

Pemberontakan ini dimotori orang Kanton, yang tidak suka karena bangsa Tiongkok dikuasai dinasti Qing dari etnis Manchu yang asing, bukan mayoritas Han.

BACA JUGA:'Tabur Tuai', Prinsip Hidup yang Layak Dijadikan Pegangan dan Dipertahankan

Dalam pemberontakan Ikat Kepala Merah ini, Hakka banyak membantu pasukan Qing. Saat pasukan Qing masuk satu wilayah, orang Hakka menunjukkan orang Kanton yang bersimpati atau mendukung Ikat Kepala Merah.

Setelah pemberontakan selesai, ganti orang Kanton membalas dendam orang Hakka. Mereka menyerang kampung-kampung orang Hakka. Orang Hakka membalas, dan menyerang kampung orang Kanton.

Perang Hakka dan Punti (Kanton) ini sangat brutal. Kadang satu desa dibunuh semua.

Di periode ini, sekitar 1860-an, banyak orang Kanton atau Hakka yang mengungsi ke wilayah lain, termasuk ke Asia Tenggara dan Taiwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: