Hari Ini Dalam Sejarah: Kecelakaan Pesawat Lion Air 5 Tahun Lalu, 189 Penumpang Tewas

Hari Ini Dalam Sejarah: Kecelakaan Pesawat Lion Air 5 Tahun Lalu, 189 Penumpang Tewas

Tabur bunga di perairan Karawang untuk korban kecelakaan pesawat Lion Air. -Dhemas Reviyanto/Antara-radarcirebon.com

Sekitar 13 menit kemudian, tiba-tiba pesawat sudah hilang dari radar atau lost contact. Pada LKP atau last known position diketahui berada di sekitar perairan Kabupaten Karawang.

BACA JUGA:Kata Penumpang yang Hari Ini Terbang dari Bandara Kertajati, Lebih Cepat ke Sini

Diperkirakan pesawat tersebut jatuh dari ketinggian 2.500 kaki dengan kecepatan 685 kilometer per jam, sehingga hanya butuh 6,5 detik untuk membentur perairan. 

Hal tersebut diketahuiberdasarkan pantauan radar Automatic Dependent Surveillance-Broadcast atau ADS-B di Air Navigation Indonesia Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.

Hasil analisa, pesawat jatuh dari ketinggian 1.200 meter dengan kecepatan sekitar 685 kilometer per jam atau 190,3 meter per detik.

Benturan karena kecepatan tinggi tersebut, membuat badan pesawat hancur berkeping-keping setelah membentur lautan. Karena pesawat tersebut membentur permukaan laut hanya dalam waktu 6,3 detik.

BACA JUGA:Bandara Kertajati Beroperasi Penuh Hari Ini, Langsung Gaspol 19 Penerbangan

Berikut kesimpulan Komite Nasional Keselamatan Transportasi atas analisa penyebab kecelakaan pesawat Lion Air JT 610.

Selama proses desain dan sertifikasi Boeing 737 MAX 8, dibuat asumsi-asumsi terkait respons pilot terhadap kerusakan. Meski konsisten dengan pedoman industri saat ini, ternyata asumsi ini tidak benar.

Berdasarkan pada asumsi ini, perangkat lunak yang mengontrol hidung pesawat (MCAS) bergantung pada sensor tunggal dan dinyatakan tepat dan memenuhi semua persyaratan sertifikasi.

MCAS pada pesawat dirancang untuk bergantung sepenuhnya pada sensor Angle of Attack (AOA), hal ini membuatnya rentan terhadap input yang salah dari sensor itu.

BACA JUGA:Suasana di Bandara Kertajati yang Kini Ramai, Tenant pun Bermunculan

AOA adalah parameter kunci dalam penerbangan yang menunjukkan sudut antara sayap pesawat dan arus udara yang mengalir ke arah pesawat.

Jika sudut ini terlalu tinggi, pesawat bisa saja mandek atau kehilangan daya angkat. Data parameter diambil dari dua sensor, satu di antaranya terletak di sisi hidung pesawat.

Dalam manual penerbangan dan sewaktu pelatihan pilot, tidak ada panduan tentang MCAS atau penggunaan trim yang lebih terperinci. Ini semakin menyulitkan kru penerbangan untuk merespons MCAS yang bekerja secara otomatis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: