Krodit & Sempit

Krodit & Sempit

Tingkat perekonomian Kabupaten Kuningan sepertinya maju pesat. Buktinya, setiap hari di hari kerja, jalan-jalan protokol Kota Kuda sering macet. Kendaraan roda dua dan empat padat, berjalan seperti semut, pelan-pelan dan mengekor seperti ular hingga puluhan meter. SAYANGNYA, ma­kin ba­nyak kendaraan di Kabupaten Kuningan, tidak diimbangi dengan infrastruktur jalan. Kalau dilihat, kendaraan membeludak, sementara jalan-jalan di Kuningan tidak diperlebar. Selain masalah jalan, lahan parkir juga jadi persoalan. Macetnya jalan-jalan protokol ternyata berakibat dari banyaknya lahan parkir di Kota Kuda yang merajalela. Di pusat kota, nyaris setiap ruas jalan digunakan oleh para tukang parkir untuk mengais rezeki. Jalanan protokol kota yang sempit tersebut bisa dibilang makin krodit. Bahkan terlihat semerawut. Tengok saja Jalan Sudirman. Dari arah barat, Jalan Sudirman mendapat pasokan kendaraan dari arah Jalan Siliwangi, Jalan Langlangbuana dan Jalan Dewi Sartika. Belum arah timur, dari Jalan Winduhaji dan Jalan Juanda Pasar Baru. Jalan sempit berukuran lebar 6 meter tersebut dibuat dua arah dengan status area sepanjang jalan itu dihuni oleh perkantoran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti BNI, BTN dan perbankan lain, termasuk kantor BPJS. Adapula BUMD seperti RSUD ‘45, serta usaha jasa dan perdagangan yang bersifat pelayanan. Jalan Sudirman juga dikenal sebagai sentral apotek dan praktik dokter. Dari kondisi itu, praktis perluasan lahan parkir sangat mendesak. Tapi, kondisi krodit patennya bangunan pertokoan, sepertinya sudah tidak memungkinkan. Akibatnya, banyak kendaraan, terutama roda empat parkir dan bongkar muat barang seenaknya. Ditambah arus delman yang sulit diatur. Jalan Sudirman yang sudah sering macet, menjadi krodit, semakin semerawut. Tak kalah kroditnya Jalan Siliwangi, terutama di depan pertokoan Siliwangi. Meski dua arah, tetapi setengah badan jalan masing-masing arahnya sudah digunakan lahan parkir. Jadi, setiap kendaraan yang melintas di depan pertokoan tersebut harus ekstra pelan karena harus berjibaku dengan keluar-masuk kendaraan parkir. Pemandangan serupa terjadi di Jalan Ahmad Yani. Begitu masuk ruas jalan tersebut, delman, angkot, mobil pribadi, sudah berebut jalan. Ditambah keluar-masuk sepeda motor dan mobil di lahan parkir yang memakan hampir setengah badan jalan. Lahan parkir tersebut bahkan dibuat memanjang di sepanjang pagar Masjid Agung Syiarul Islam hingga menembus Jalan Apidik tanpa ada pengaturan aparat. Akibatnya, jalur sempit dua arah tersebut sudah kronis. “Butuh pemikiran lebih, serius dan fokus dari bupati terkait kondisi Kota Kuningan sekarang. Butuh juga keberanian untuk solusinya. Kota Kuningan sudah semrawut. Kondisinya sudah krodit,” ungkap Ketua Himpunan Mahasiswa Kuningan Indonesia (HMKI), Muhamad Ishaq. Perluasan kota ke jalan baru, termasuk rencana memindahkan gedung pemda, menurut Ishaq, bukan hanya perkara mudah. Yang terpenting, kata dia, perlu diingat, hal itu bukan solusi satu-satunya. Jalan Siliwangi dan sekitarnya yang sudah menjadi jantung kehidupan ekonomi masyarakat Kuningan yang harus tetap menjadi prioritas pembenahan. “Sesulit apapun solusinya, semahal apapun biayanya, kalau sudah dimulai fokus, saya yakin Ibu Bupati bisa membenahi Kota Kuningan,” kata jebolan IAIN Syekh Nurdjati Cirebon itu. Sebagai salah satu solusi, dia menyebut perlunya relokasi pertokoan Jalan Siliwangi bagian timur ke Pasar Langlangbuana. Sehingga, area tersebut menjadi hamparan yang luar biasa berpotensi lebih tertib, aman, dan nyaman. Solusi lain, pertokoan di Jalan Sudirman juga mesti mulai dipikir untuk direlokasi. Apalagi, pertokoan tersebut sudah melanggar sempadan sungai dan sempadan jalan. “Untuk solusi itu, butuh keberanian. Bukan hanya bahasan,” tegas Ishaq. (tat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: