Desa Putridalem Majalengka Gelar Tradisi Haul Kabuyutan Mapag Cai Kahuripan, Begini Maknanya

Desa Putridalem Majalengka Gelar Tradisi Haul Kabuyutan Mapag Cai Kahuripan, Begini Maknanya

Warga Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka menggelar haul kabuyutan mapag cai kahuripan dengan 1.000 air doa di Pemakaman Embah Buyut Jago.-Ono Cahyono-Radar Majalengka

MAJALENGKA, RADARCIREBON.COM – Sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun, warga Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka menggelar Haul kabuyutan Mapag Cai Kahuripan.

Tidak hanya sekedar haul, tradisi adat ini disertai dengan 1.000 air doa di Pemakaman Embah Buyut Jago, yakni sebuah makam keramat yang diyakini warga pendiri Desa Putridalem.

BACA JUGA:TERUNGKAP! Awal Mula Salam Yahudi di Al Zaytun Tahun 2012, Ada Hubungan dengan Israel?

Acara yang biasa digelar setiap tahunnya di awal bulan Juli, karena Desa Putridalem didirikan di bulan Juli oleh Embah Buyut Jago.

Ratusan warga berangkat beriringan dari balaidesa setempat, mengelilingi desa sambil membawa 1.000 botol air dari sumur dan mata air yang ada di desa tersebut.

BACA JUGA:Pemasangan PJU di Ruas Jalan Gegesik-Kaliwedi Tidak Full, Masyarakat Mengeluh

Selain membawa air, juga aneka makanan baik makanan ringan maupun makanan berat.

Warga berkeliling desa diiringi tabuhan marawisan atau tabuhan genjring yang dilakukan laki-laki dan perempuan hingga tiba di Kabuyutan Embah Buyut Jago.

BACA JUGA:Tidak Seperti Biasa, Metode Penyembelihan Hewan Kurban di Al Zaytun Ternyata Berbeda

Di makam tersebut semua warga, tokoh agama, tokoh masyarakat juga pemuda berdoa bersama, memohon agar diberikan keselamatan serta apa yang menjadi keinginan warga bisa terkabul.

Sebanyak 1.000 air doa yang dibawa dan telah dibubuhi bunga dibawa pulang yang diharapkan air doa membawa keberkahan serta semua warga  terhindar dari bencana.

Kepala Desa Putridalem, Endah Endarwati mengungkapkan, kegiatan Haul kabuyutan Mapag Cai Kahuripan ini biasa digelar setiap tahun sejak zaman dahulu dan dilakukan hingga sekarang.

BACA JUGA:Banyak Event Internasional, PSSI Membagi Timnas Indonesia Jadi 2

“Intinya adalah mendoakan terhadap pendiri Desa Putridalem, serta memohon agar semua warga desa terhindar dari bencana, namun diberikan limpahan Rizki yang berkah serta semua harapan warga bisa tercapai,” tutur Endah.

Warga berkeliling kampung sambil membawa air dan diiringi musik genjring sebelum ke Pemakaman Embah Buyut Jago adalah ingin menunjukan bahwa warga desa itu ada, serta peduli pada tradisi leluhur.

Sedangkan filosofi 1.000 air doa menurut Endah, menunjukan warga desa semakin guyub dan memiliki jalinan yang kuat, dan air yang ada selalu membawa berkah.

BACA JUGA:Harga Kepokmas Masih Tinggi, Disdagin Kab Cirebon: Permintaan Banyak, Jumlah Barang Tetap

“Air ini nanti dibagikan kepada warga,” katanya.

Sementara itu salah seorang tokoh masyarakat Kabupaten Majalengka H Sutrisno SE MSi yang hadir pada acara tersebut mengatakan, apa yang dilakukan masyarakat Desa Putridalem adalah wujud penghormatan pada leluhurnya.

“Menyambung silaturahim yang telah diperbuat oleh leluhurnya,” kata Sutrisno.

Namun menurutnya apa yang utama dilakukan kepala Desa Putridalem adalah membangkitkan semangat kegotong-royongan, semangat kebersamaan dan itu adalah salah satu nilai-nilai dasar dari pancasila yang sekarang semakin terdegradasi atau semakin tipis.

BACA JUGA:Banyak Prestasi, Anthony Sinisuka Ginting Diangkat Jadi PNS: Terima Kasih

“Sekarang semakin sulit mengumpulkan banyak orang, mengumpulkan uang untuk kepentingan bersama, mengumpulkan tenaga untuk saling membantu bahu membahu.”

“Sekarang pada kegiatan ini menunjukan sikap gotong royong yang masih kuat,” ungkap Sutrisno yang juga mantan Bupati Majalengka ini. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase