'Butiran Kayu Ajaib' Digunakan Industri Pangan di Kampung Miliarder Majalengka
Wood pellet butiran kayu ajaib yang sangat cocok untuk UKM pangan di Indonesia.-Istimewa-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Hampir semua produksi wood pellet atau “Butiran Kayu Ajaib” dari Desa Rawa Kecamatan Cingambul, Kabupaten Majalengka dipergunakan untuk industri pangan.
Sebagian besar produksinya juga dipergunakan untuk para perajin keripik “kampung miliarder” di Kabupaten Majalengka.
Di Kabupaten Majalengka banyak desa yang penduduknya banyak yang kaya raya. Salah satunya adalah Desa Rawa Kecamatan Cingambul.
Karena penduduk di desa itu banyak yang kaya, maka dijuluki sebagai “kampung miliarder”.
Banyak orang kaya di desa tersebut berasal dari usaha pangan. Memang warga desa tersebut terkenal sebagai perkampungan penghasil kripik. Sepert keripik singkong, keripik pisang dan keripik lainnya.
BACA JUGA:Sumedang Teman Sepadan untuk Eunpyeong-gu, Kim Me-Kyung: Cocok untuk Bertukar Pikiran
Usaha keripik yang dimaksud, walau hanya usaha kecil menengah, tapi omzet per harinya sangat besar. Bahkan hasil usahanya bisa mengalahkan perusahaan skala di atasnya.
Wajar jika di desa itu banyak sekali rumah mewah. Para “Bos Keripik” itulah pemilik rumah-rumah besar dan mewah itu.
Sementara keripik yang diproduksi Desa Rawa dikirim ke luar kota seperti ke Cirebon, Bandung, Jakarta, dan kota-kota lainnya di Jawa. Bahkan produknya tersebut juga dikirim hingga keluar Jawa.
Di jam-jam tertentu hilir mudi mobil box yang mengangkut produksi keripik-keripik tersebut. Juga mobil-mobil yang membawa bahan baku untuk cemilan ini.
Warga di kampung ini hidup makmur. Bahkan hampir setiap rumah merupakan penghasil keripik. Tidak hanya itu, juga banyak terdapat pabrik pengolahan kripik.
BACA JUGA:Lanjutkan Kerjasama dengan Manchester City, Midea Jadikan Erling Haaland Brand Ambasador
Memang sebagian warga Desa Rawa Kecamatan Cingambul menggantungkan hidupnya dari memproduksi makanan ringan atau cemilan.
Seperti diketahui, Desa Rawa merupakan sentra produksi makanan ringan. Sebagian besar warga memiliki kesibukan membuat berbagai makanan ringan.
Hanya sayang, produksi makanan ringan dari Desa Rawa belum memiliki hak paten. Sehingga ketika dikirim ke luar daerah nama dan asal produksinya berubah bukan dari Desa Rawa.
Dari mana para perajin keripik ini memperoleh bahan bakar untuk mengolah produksi pangan tersebut?
Sekarang, sebagian besar usaha pembuatan kripik ini sudah menggunakan bahan bakar wood pellet.
Sebagian “butiran kayu ajaib” ini diperoleh dari pabrikan yang ada di desa itu. Namun sebagian yang lain, masih mengambil dari daerah lain, terutama dari Jawa Tengah.
BACA JUGA:KERAS, Bobotoh Persib Minta Pemain Ini Tidak Diturunkan Lawan Persija: Kureng!
Maklum usaha wood pellet yang di desa itu kapasitasnya masih belum bisa memenuhi kebutuhan bahan bakar itu.
Selain itu, jika musim penghujan, pabrikan “butiran kayu ajaib” itu kesulitan bahan baku. Juga sering terkendala dengan proses pengeringan.
Di para perajin usaha keripik itu, telah memiliki kompor-kompor khusus untuk wood pellet. Kompor-kompor itu di antaranya juga berasal dari pabrikan wood pellet di desa itu.
Pengelola wood pellet di desa itu sempat kualahan memenuhi kebutuhan para pengrajin kripik. Sebab, antara jumlah produksi pellet dengan permintaan tidak seimbang.
Selain itu, para perajin kripik Desa Rawa sangat mengandalkan wood pellet yang dari desa itu kareba kualitasnya. Wood pellet dari desa itu terkenal tahan lama dan tidak boros.
BACA JUGA:'Butiran Kayu Ajaib' Ini Bisa Ditemui di Majalengka, Tak Jauh dari Puncak Jahim
Hal ini karena wood pellet desa itu bahan bakunya diperoleh dari kayu pilihan. Selain, kayu sengon, bahan baku paling banyak dari kayu mahoni.
Baik sengon dan mahoni, dua-duanya terkenal sebagai kaya berkadar air yang rendah. Sebaliknya kedua jenis kayu tersebut memiliki kalori yang tinggi.
Sebaliknya, wood pellet dari luar daerah, mutunya tidak bisa dijamin. Jika beruntung memperoleh wood pellet yang baik. Tapi jika sial, sering memperoleh wood pellet berkalori rendah.
Bahkan pernah banyak yang memperoleh wood pellet yang dari ampas pohon tebu dan sekam padi. Kedua jenis ini merupakan wood pellet dengan kalori rendah.
Maka dari itu, para perajin keripik sering kecewa. Karena harga sama, tapi kualitas wood pellet dari luar Desa Rawa sering rendah kalori.
BACA JUGA:Segini Harga Tiket AirAsia Rute Kertajati-Denpasar
Sehingga boros dan mengganggu produktivitas para para perajin kripik yang sudah menjadi miliarder ini.
Nah, bagi yang suka cemilan keripik, cari yang diproduksi oleh Desa Rawa Kecamatan Cingambul, Majalengka.
Sebab, para perajin keripik ini sudah menggunakan wood pellet, bahan bakar terbarukan dan ramah lingkungan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: reportase