RS Permata Cirebon Tangani Penemuan Bayi di Pinggir Sungai

RS Permata Cirebon Tangani Penemuan Bayi di Pinggir Sungai

RS Permata Cirebon --

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Rumah Sakit Permata Cirebon (RSPC) menerima pasien bayi yang ditemukan warga di pinggir sungai, termasuk Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon.

Bayi dibawa ke RS yang berlokasi di Jalan Tuparev itu pada Selasa (29/11) sekitar pukul 21.30 WIB. Kondisi sangat memprihatinkan. Berat badan kurang dari 900 gram. Tak ada tangis yang keluar dari mulut bayi malang tersebut.

Tim medis RSPC segera melakukan pertolongan. Di-oksigenasi. Dibersihkan dari darah. Pasang infus, diberikan obat-obatan. Cek darah, gula dan dimasukkan ke inkubator. Bayi itu hipotermia dalam waktu yang diperkirakan cukup lama.

Kepala IGD RS Permata Cirebon, dr Ilmi Afi memperkirakan bayi itu baru saja dilahirkan. Kurang dari 24 jam saat dibawa ke RS yang berlokasi di Jalan Tuparev, Kabupaten Cirebon, itu. Kondisinya sangat memprihatinkan. Gula darah turun. Diduga prematur. Tergolong Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR).

BACA JUGA:Nasib Bayi Dibuang di Kapetakan Cirebon, Sempat Menangis, Meninggal karena Kondisi Terus Menurun

"Padahal normalnya, minimal 2 kilogram," tutur dr Ilmi kepada Radar Cirebon saat ditemui di RS Permata kemarin.

Saat datang bayi itu tak mengeluarkan suara tangis. Setelah upaya maksimal dilakukan, nakes sempat diberikan harapan. Tangis bayi itu terdengar. Bayi dibuat selalu terjaga dalam kondisi hangat. Tim medis IGD juga melakukan konsultasi dengan dokter anak. Meski pada akhirnya nyawa tak bisa terselamatkan.

Dr Ilmi Afi mengatakan, bayi yang baru saja dilahirkan butuh segera dilakukan penanganan. Pun itu dalam kondisi normal. Apalagi dalam keadaan yang dialami ini. Begitu rentan.

Korban pertama ditemukan oleh LH di pinggir Sungai Kapetakan. Sekitar pukul 19.30, Selasa (29/11). Malam itu LH hendak pulang ke rumah. Setelah mengontrol ikan di empang tak jauh dari laut. Termasuk Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan.

BACA JUGA:Misteri di Balik Indahnya Gunung Tilu Majalengka, Salah Satu Hidden Gem di Majalengka

"Dalam perjalanan saya mendengar seperti suara anak kucing di pinggir sungai Sriganala (Desa Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan)," ucap LH, seperti keterangan tertulis yang dikutip Radar Cirebon.

Ia menelusuri sumber suara yang disangka anak kucing itu. Semakin dekat mengarah pada plastik putih bertuliskan Asia Toserba. Flash handphone disorot ke bagian dalam plastik. LH begitu kaget. Ia menemukan seorang bayi. LH segera mengabarkan orang sekitar. Termasuk polisi.

Bayi diterima di IGD RS Permata sekitar pukul 21.30 WIB. Meninggal pukul 9.30, esok harinya. Sekitar 12 jam bertahan. Manager Pelayanan Medis RSPC, dr Andi Pradana menuturkan, BBLSR hitungan detik sampai menit bisa berakibat fatal. Jika tak segera mendapat pertolongan medis.

"Kami dari manajemen RS telah berupaya semaksimal mungkin. Berat bayi kurang dari 900 gram, jadi risiko sangat besar. Membutuhkan upaya yang sangat luar biasa untuk menjaga kestabilan pasien tersebut," ungkap dr Andi.

BACA JUGA:Penyesuaian Tarif PDAM Kota Cirebon, Hanya untuk Kelompok Pelanggan III dan IV

Hingga kemarin identitas bayi belum diketahui. Pihak RSPC juga telah menghubungi nomor kepolisian yang mengantar. Yang sebelumnya sengaja diberikan ke pihak RS oleh anggota tersebut. Telepon, kirim pesan WhatssApp, tak ada respons. Warga yang mengantar ke RS dan izin pulang untuk istirahat, imbuh dr Andi, juga tak kembali ke RS tersebut.

RSPC pertama menangani kasus seperti ini; menerima pasien bayi tak bertuan dan meninggal dunia. Manajemen RSPC akhirnya berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Cirebon kemarin. Dinsos, jelas dr Andi, yang akan membantu menangani masalah sosial termasuk penemuan hingga penanganan bayi yang tak tertolong itu.

"Kasus bayi yang tak bertuan sudah berulangkali terjadi, tapi yang kemudian meninggal baru pertama," beber dr Andi.

Karena baru pertama, kebijakan masih dirumuskan. Terutama menyoal tempat pemakaman. Hingga kemarin bayi tersebut masih di RSPC. "Kalau masih hidup, bisa diarahkan ke panti asuhan. Lalu bisa diadopsi dan segala macam. Kalau meninggal, kita dan dinsos juga bingung," lanjut dr Andi.

Dinsos memberikan saran. Yaitu adanya pertanggung jawaban dari kepolisian yang mendampingi. Koordinasi RSPC dan kepolisian setempat akan dijalin setelah ini. "Karena mau dimakamkan di mana? Kalau pembiayaan, Dinsos sudah siap. Baik biaya di RS atau di luar RS seperti pemakaman. Kita harus koordinasi dulu dari kepolisian setempat," pungkas dr Andi.

BACA JUGA:Taklukan Denmark, Australia Beri Kejutan dengan Lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: