Komposisi Jamaah Pria-Wanita Saat Sholat Jumat di Al Zaytun 50:50, Panji Gumilang: SOP-nya Begini
Pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu, Syekh Panji Gumilang-Tangkapan layar-
INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM – Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu kembali melakukan aksi kontroversial dengan mengikutsertakan jamaah perempuan dalam sholat jumat.
Namun, pemimpin Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang menyatakan tidak tidak takut dikritik dengan penerapan sholat jumat semacam itu.
BACA JUGA:Festival Persaudaraan Lintas Iman, Cara Milenial Peringati Harlah Pancasila
Sebab, Syekh Al Zaytun Panji Gumilang mengaku mempunyai dasar hukum atau dan dalil yang dipakai.
"Inilah bedanya, zaman dulu dan zaman sekarang. Maka fatwa kalau masih berdasar zaman dulu, nggak bisa ngangkat kayu. Bisanya babat kayu," kata Syekh Panji Gumilang saat taushiyah sholat jumat, 2 Juni 2023 yang dikutip dari channel YouTube Al Zaytun Official.
Karena itu, Syekh Al Zaytun meminta kepada santri untuk tidak terlalu memperhatikan fatwa di masa lalu. Sebab, harus sesuai dengan konteks kekinian.
BACA JUGA:KRI Teluk Hading terbakar di Perairan Bulukumba, Tidak Ad Korban Jiwa
"Maka jangan terlalu diperhatikan fatwa zaman dulu itu, fatwa itu kekinian. Kalau ada fatwa yang mengatur bagaimana Al Zaytun rijal -nisa campur solatnya, kalau tidak campur tidak salat jamaah namanya. Cuma pakai SOP," jelasnya.
Dengan adanya standar dan prosedur ini, pengaturan antara jemaah perempuan dan laki-laki bisa dilakukan.
Dari visual yang dilihat radarcirebon.com, panitia Salat Jumat juga sebelumnya sudah mengumumkan terkait tata cara keluar dan masuk masjid.
Gerbang masuk dan keluar santri perempuan dan laki-laki dipisah. Sehingga tidak saling berdesakan satu akses dan meminimalisasi bersentuhan.
Terkait dengan kritik, Syekh Panji Gumilang mempersilakan. Yang tidak boleh adalah mencemooh atau di luar konteks.
"Tadi ada yang bertanya, bagaimana kalau ada yang mengkritik? Tugas orang itu, yang pinter mengkritisi. Bukan mencemooh. Makanya jangan pernah khawatir. Duduklah yang tenang, karena kita sedang beribadah dan sholat," bebernya.
Soal adanya kritik dari orang, Syekh Panji Gumilang menegaskan bahwa mereka yang ikut sholat adalah manusia. Mereka bisa diatur dengan SOP.
"Alasan orang itu yang memancing ini itu, memang yang sholat ini bandot? Kambing bandot itu, mau dipotong saja masing macam-macam," tegasnya.
Kembali ditegaskan Syekh Panji Gumilang, Islam mengajarkan mengenai kesetaraan. Bahkan, penyebutan laki-laki dan perempuan juga selalu dibuat berdampingan.
BACA JUGA:WOW! Guru Gembul Sebut Al Zaytun Adalah Laboratorium Sosial yang Diciptakan Pemerintah
"Di sini, muslimin wal muslimat. Mukminin wal mukminat. Qonitin wal qonitat. Soimin wa soimat," tegasnya.
Perlu diketahui, sudah dua kali sholat jumat di Mahad Al Zaytun Indramayu, diikuti oleh santri perempuan.
Yang pertama dilakukan pada Jumat, 26 Mei 2023 dan yang terbaru pada Jumat 2 Juni 2023. Bedanya, jumlah jemaah perempuan ditambah.
BACA JUGA:TNI Sergap Mahad Al Zaytun, Jangan Itu-itu Saja, Padahal Ada Lebih Ekstrem
Pada Jumat, 26 Mei 2023 lalu, jamaah perempuan hanya 30 persen dari kapasitas Masjid Rahmatan Lil Alamin yang diisi untuk jemaah perempuan.
Sedangkan pada Jumat, 2 Juni 2023, komposisinya berbanding 50:50 antara jemaah perempuan dan laki-laki.
Hal tersebut sesuai dengan permintaan dari Syekh Panji Gumilang saat menyampaikan taushiyah. Dia tidak mau Al Zaytun mengikuti politik, yang memberikan jatah 30 persen keterwakilan perempuan.
Menariknya, keikutsertaan perempuan dalam ibadah sholat jumat tidak menggunakan susunan shaf depan untuk laki-laki dan perempuan di belakang.
BACA JUGA:Alasan Argentina Mau Main Lawan Timnas Indonesia: Erick Thohir Dibawa-bawa, Simak Kata Presiden AFA
Tetapi yang digunakan adalah shaf perempuan mulai dari bagian tengah atau belakang imam ke arah kiri. Sedangkan laki-laki dari tengah imam ke bagian kanan.
Tidak ada pembatas antara santri laki-laki yang disebut dengan rijal dan santri perempuan atau yang di Al Zaytun biasa disebut Nisa.
BACA JUGA:Tiket Pertandingan FIFA Matchday Indonesia vs Argentina Dibuka 5 Juni 2023
Sebab, jarak antara jemaah sudah diatur sedemikian rupa, sehingga tidak bersentuhan. Jemaah juga menggunakan kursi untuk duduk saat mendengar khutbah dan taushiyah.
Sementara sajadah hanya dipakai untuk salat. Kursi tersebut diletakan persis di samping sajadah. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: reportase